TASAWUF & KONFLIK POLITIK
MAKALAH INI DISAJIKAN PADA SEMINAR KELAS
MATA KULIAH SEJARAH
TASAWUF
DOSEN PENGAMPU PROF.DR. ASMARAN AS.MA.
DISUSUN OLEH M.ARIF HAKIM.
NIM 09.0201.0491
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
PROGRAM STUDI FILSAPAT ISLAM
KONSENTRASI ILMU
TASAWUF
BANJARMASIN
2010
Pendahuluan
Islam adalah Agama yang
sejak awal diturunkannya deterima dan diamalkan oleh masyarakat urban,atau
masyarkat perkotaan di Mekah dan Madinah.Yakni diterima
suatu lapisan masyarakat yang mampu berpikir rasional dan logis,mampu
membedakan dan menarik garis pemisah yang tegas antara yang islam dan yang
bukan islam.istilah- istilah musyrik,dan Tauhid,islam dan kafir, yang islam dan
yang jahiliyah,mereka menciptakan adalah untuk menarik garis pemisah yang tegas
antara sunnah dan ajaran islam dengan tradisi lama zaman jahilliyah.
Perkembangan
baru yang dimulai mewarnai perubahan pemikiran dan pemahanan tentang agama ini
dirangsang oleh perselisihan dalam masalah-masalah politik (tentang
pengangkatan Khalifah ) yang kemudian di legalisasi dengan dalil- dalil
agama.akibatnya dari perselisihan dalam bidang
politik.ini ummat islam mulai terkoyak jadi beberapa sekte yang sering
cakar-cakaran dan bermusuhan ada tiga
pola pikir tradisi lama yang mendominasi pemahaman agama yang menimbulkan
perpecahan.yaitu ambisi kesukuan Mua’wiyah yang meneruskan cita-cita ayahnya
Abu sufyan untuk merebut kekuasaan dan memdirikan sistem pemerintahan kerajaan
bagi dinasti Umayah.cita ini bisa mereka capai dengan mengorganisasi
pemberontakan terhadap kekuasanan Khalifah Ali bin Abi Thalib.pemberontakan ini
berhasil memancing perpecahan dua sayap eksterm dari pendukung kekhalifahan Ali
jadi dua sekte yang paling bermusuhan.yaitu sekte Khawarij dan sekte Syi’ah.Syi’ah mengembangkan pola tradisi lama
suku-suku arab selatan yang telah sejal lama mendewa-dewakan pemimpin dan raja
mereka.pola pikir ini dilegalisir dengan dalil agama dan menjelama menjadi
konsep kepemimpinan imamah.Ali mereka katakana sebagai orang yang saru satunya
yang telah di tunjuk langsung oleh Nabi sebagi pengganti untuk memimpin ummat
Islam baik dalam urusan sosial politik ataupun
Agama.hak ini kemudian jadi hak istimewa bagi keturunan Ali
Bin Abi Thalib.jadi Syi’ah mengembangkan kepemimpinan atas dasar kharismatik keagamaan dengan konsep ‘ishmatul a’immah
(imam-imam yang maksum,terjaga dari kesalahan dan dosa ).jadi Syi’ah berusaha
mengalihkan tipe kepemimpinan asli Islami atas dasar rasional dengan konsep
ulama,jadi tipe kepemimpinan kharismatik Relegius dengan konsep Imamah.maka
mulai berkembanglah ajaran mendewa dewakan imam yang kemudian mendapat Dukungan
tradisi Feudalisme dari kerajaan- kerajan Persia purba.
Dengan konsep imamah berarti Syi’ah memeberikan kekuasaan
otoriter pada para imam untuk mementukan penafsiran terhadap ajaran –ajaran
Agama dan juga dalam menghadapi masalah-masalah sosial politik.setiap orang
diwajibkan hidup mati (pejang –gesang ) ikut sang imam.
Adapun
sekte khawarij mengembangn pola pikir tradisional suku-suku baduwi di arab
bagian tengah,terbiasa berpikir sederhana
keras dan fantail, memutlakan pendapat mereka.Dalam paham Agama mereka
memahami secara sempit dan sepotong- sepotong (parisial) dan keras sehingga
mereka tidak segan-segan menilai orang yang tidak sepaham sebagai kafir dan
bahkan musyrik,serta wajib di bunuh dan diperanginya.
Adapun
golongan Bani umayah yang kemudian jadi penguasa tunggal sertelah terbunuhnaya
khalifah Ali,menganut pola pikir leluhur mereka Abu Sufyan berfaham politik
sentries,muawiyah selaku pucuk pimpinan keluarga bani Umaiyah mengembangkan
sitem dinastiisme mengubah sitem ajaran yang memandang jabatan jabatan
kenegaraan sebagai medan ibadah dan pengabdian bagi kejayaan agama dan umat
menjadi sistem kerajaan turun temurun seterusnya muawiyah telah berhasil
merebut kekuasaan dan membangun ibu kota di damaskus,lalu meniru gaya hidup krajaan krajaan feodal seperti halnya
kerajaan Rum Timur yang mengutamakan gebyar kelahiran dan kemewahan hidup
duniawi perubahan gaya yang dikembangan oleh lapisan atas yang berpusat di
istana Bani Umayah yang mengeutamakan gebyar kesenangan dan kemewahan hidup
duniawi.perubahan ini ternyata besar pengaruhnya dan mengakibatkan perubahan
gaya hidup kaum muslimin pada umunya mereka mengkiblat cara hidup di istana dan
ikut ikutan mengejar kemewahan duniawi. Untuk memperebutkan harta dan kekayaan
dan kesenangan duniawi mereka tidak segan segan berbuat korup melahab
barang-barang yang haram.
Perubahan
ini tentu memicu reaksi yang sebaliknya timbul segolongan orang-orang islam
yang mengembangkan gaya hidup sebaliknya,lebih mengutamakan kehidupan akhirat
dan rohani, muak dan menghina gaya sebagian besar kaum muslim yang mulai
mengejar memperebutkan gebyar
keduniaan.salah seorang tokoh ulama
besar yang amat menyesalakan gaya hidup sebagian besar ummat islam yang mulai
memperebutkan harta dunia tanpa mengindahkan halal dan haram adalah seorang
tabi’in,yaitu Hasan al-Basri (w.110H/728 M.)
sebagai reaksi kekecewaan Hasan Barsi terhadap perubahan gaya hidup kaum muslimin
beliau mengatakan sebagai berikut:
Dulu kami menjumpai beberapa kaum di mana tehadap hal-hal
yang di halalkan kepada mereka saja lebih Zuhud dari pada kamu terhadap hal-hal
yang di haramakan padamu.
Ungkapan diatas menujukan bebrapa jauh perubahan gaya kaum muslimin setelah berkembangnya gaya hidup istana bani umayah laksana bumi
dan langit dari kalangan orang-orang yang mempertahankan sikap hidup zuhud
inilah muncul segolongan ummay islam yang terpengaruh oleh cita ajaran
mistik yang berusaha mencari hubungan langsung untuk bisa bertatap muka secara
pribadi dengan Tuhanya.[1]
A. TASAWUF & KONFLIK POLITIK
Term tasawuf dikenal secara luas di
kawasan Islam sejak penghujung abad
kedua hijriyah sebagai perkembangan
lanjut dari kesalehan asketis atau para zahid yang mengelompokan di serambi
masjid Madinah .dalam perjalan kehidupan
kelompok ini lebih mengkhususkan untuk beribadah dan pengmbangan kehidupan
rohaniah dengan mengabaikan kenikmatan duniawi,pola hidup kesalehan yang
demikian merupakan awal pertumbuhaan awal
tasawuf yang kemudian berkembang dengan pesatnya.fase ini dapat disebut
asketisme dan murupakan fase pertama perkembangan tasawuf,yang di tandai dengan
munculnya individu-individu yang lebih mengejar kehidupan akhirat sehingga
perhatianaya terpusat untuk beribadah
dan mengabaikan keasyikan duniawi.fase asketisme ini setidaknaya sampai pada abad hijriyah dan
memasuki abad ketiga hijriyah sudah terlihat pada peralihan konkrit dan
Asketisme islam ke sufisme.fase ini dapat disebut fase kedua, yang ditandai
oleh anatara lain peralihan sebutan zahid menjadi sufi. Disisi lain,pada kurun
waktu ini percakapan para zahid sudah sampai pada persoalan apa itu jiwa yang
bersih,apa itu moral dan bagaimana metode pembinaanya dan perbincangan tentang
masalah teorits lainya. Tindak lanjut dari perbicangan ini, maka
bermunculanlah berbagai teori tentang
jenjang-jenjang yang harus ditempuh oleh para sufi (al-maqomat) serta ciri-ciri
yang dimiliki seorang sufi pada tingkat
tertentu (al-hal.) demikian juga pada priode ini sudah mulai berkembang
pembahasan tentang al-Ma’rifat serta seperangkat metodenya, sampai pada tingkat
fana dan ittihad.bersamaan dengan itu,tampil pula para penulis Tasawuf seperti
al-Muhasibi (w 243 H),al-Kharaj ( w.277.H ) dan al –Junaid (w.297.H.) dan
penulis lainya fase ini di tandai dengan muncul dan berkembagnaya ilmu baru dalan khazanah budaya islam, yakni
ilmu tasawuf yang tadinya hanya berupa pengetahuan praktis, atau semacam
langgam berkembang terus kea rah yang lebih spesifik,seperti konsep
intuisi,al-Kasyaf dan Dzauq.
Kepesatan perkembangan tasawuf
sebagai salah satu kultur ke islaman,nampaknya memperoleh infuse atau motivasi
dari tiga faktor,infuse ini kemudiaan memeberikan gambaran tentang tipe gerakan
yang muncul.
Pertama adalah corak kehidupan yang frofan dan
hidup kepelastariaan yang diperagakan oleh ummat islam terutama para pembesar
negeri hartawan,dari aspek ini,dorongan yang paling deras adalah sebagai reaksi
terhadap sikap hidup yang glamour dari kelompok elit dinasti penguasa
istana.protes tersmar ini mereka lakukan dengan gaya murni etis, pendalam
kehidupan spiritual dengan motivasi etikal.tokoh populer yang hapal mewakili
dapat ditujuk Hasan al- Basri ( w.110H.)[2]
yang mempunayi pengaruh kuat dalam kesejarahan spiritual islam,melalui doktrin
al- Zuhud dan Khauf, al Roja,Rabiatul
al-Adawiyah (185H ) dengan ajaran
al-hubb atau Mahabbah serta Ma’ruf al-
Kharki(w 200H ) dengan konsep al- Syauq sebagai Ajarannya.[3]
Nampaknya setidaknya pada Awal Munculnya gerakan ini semacam gerakan sektarian
yang introversionis,pemisahan dari trend kehidupan,eksklusif dan tegas
pendirian dalam upaya penyucian diri
tanpa memperdulikan alam sekitar.
Kedua timbul sikap apatis sebagai reaksi
maksimal kepada radikalisme kaum khwarij dan polarisasi politik yang
ditimbulkanya.kekerasan pergulatan politik pada masa itu menyebabkan
orang-orang yang ingin mempertahankan kesalahan dan ketenangan
rohaniah,terpaksa mengambil sikap menjauhi
kehidupan masyarkat untuk menyepi dan sekaligus menghindarkan diri dari
keterlibatan dalam pertentangan politik
Sikap yang
demikan itu melahirkan ajaran uzlah yang dipelopori Surri al- Saqathi (w
253 H) [4].apa
bila di ukur dari kreteria sosiologi,nampaknya kelompok ini dapat di kata
gorikan sebagai kelompok gerakan “sempalan”,satu kelompok ummat
sengaja sikap Uzlah kolektif yang cendrung ekslusif dan kritis terhdap
penguasa.dalam pandangan ini,kecendrungan memilih kehidupan rohaniah
mistis,sepertinya merupakan pelarian,atau mencari konpensasi untuk menang dalam
medan perjuangan duniawi.ketika di dunia yang penuh tipu daya ini sudah kering dari siramaan cinta sesama
mereka membangun dunia baru,realitas baru yang terbebas dari kekejaman dan
keserakahan,dunia spiritual yang penuh dengan salju cinta.
Ketiga, nampaknya
adalah kerena corak kodifikasi hukum islam dan permusuhan ilmu kalam yang
rasional sehingga kurang bermotivasi etikal yang menyebabkan kehilangan
moralitasnya,menjadi semacam wahana tiada isi atau semacam bentuk tanpa jiwa
itu.formalitas paham keagamaan dirasakan semakin kering dan menyesakkan
Ruhuddin yang menyebabakan terputusnya komunikasi langsung suasana keakraban
persoalan antara hamba dan penciptanaya.kondisi Hukum dan teologi yang kering
tanpa jiwa itu, karena dominasinya posisi moral dalam agama,para Zuhhad tergugah untuk mencurahkan
perhatian terhadap moralitas, sehingga memacu pergeseran asketisme kesalahan
pada tasawuf.
B. Fase dan
Perkembangan Tasawuf dalam Politik.
Pada fase abad pertama dan kedua
Hijriyah belum bisa sepenuhnya di sebut sebagai fase tasawuf tapi lebih tepat
disebut sebagai fase Kezuhudan,adapun cirri tasawuf pada abad ini adalah sebagai berikut :
a. Bercorak Praktis (Amaliyah )
tasawuf pada fase ini lebih
bersifat amaliah dari pada bersifat pemikir .
bentuk amaliah itu seperti
memeperbanyak ibadah,menyedikitkan makan minum,menyedikitkan tidur dan lain
sebagainya.Amaliah ini terjadi lebih intensif terutama pascaterbunuhnya sahabat
Usman.para sahabat Nabi.SAW. di gambarkan oleh Allah SWT sebagai orang yang
ahli ruku dan sujud
Menurut Abd al- Hakim Hasan,Abad
pertama hijriyah terdapat dua corak kehidupan spiritual,pertama,
kehidupan spiritual sebelum terbunuhya Utsman dan kedua,kehiupan
spiritual pasca terbununya Utsman[5]
kehiduapan spiritual yang pertama adalah islam murni,sementara yang kedua
adalah produk persentuhan dangan lingkungan,akan tetapi secara prinsipil masih
tetap bersandar pada dasar spiritual islam pertama.
Peristiwa terbunuhnya khalifah
Utsman merupakan pukulan tersendiri terhadap perasaan kaum muslimin.betapa
tidak,Utsman adalah termasuk golongan kelompik
pertama orang-orang yang memeluk islam ( al-Sabiqun al-Awwalun ),salah
seorang yang di janjikan masuk surga,orang yang dengan gigih mengorbankan
hartanya untuk perjuangan islam dan orang yang mengawini dua putri Nabi.peristiwa
pembunuhana Utsman mendorong munculnya kelompok yang tidak ingin terlibat dalam
pertikaian politikmemilih unutk tinggal di rumah untuk menghindari fitnah serta kosentrasi
untuk beribadah,sehingga al- Jakhid salah seorang yang berkonsentrasi dalam
ibadah yang juga salah seorang santri Ibn Mas’ud berkata,”Aku bersyukur kepada
Allah sebab aku tidak terlibat dalam pembunuhan Utsman dan aku shalat sebanyak
seratus rakaat dan ketika terjadi perang jamal dan siffin aku bersyukur kepada
Allah dan aku menambahi shalat dua ratus rakaat demikian juga aku menambahi
masing-masing seratus rakaat ketika tidak ikut
hadir dalam peristiwa Nahrawan
dan fitnah Ibn Zubair[6]
b. Bercorak Kezuhudan
Tasawwuf pada fase pertama dan
kedua Hijriyah lebih tepat di sebut sebagai kezuhudan.kesederhanaan kehidupan
Nabi di klaim sebagai panutan jalan zahid.Banyak ucapan dan tindakan Nabi saw yang mencerminkan kehidupan zuhud
kesederhanaan baik dari segi pakaiaan maupun makanan,kehidupan zuhud dan
kesederhanaan baik dari segi pakaian yang bagus dapat di penuhi.dan secara
logikapun tidak masuk akal seandainya Nabi SAW.yang menganjurkan untuk hidup
Zuhud sementara dirnya sendiri tidak melakukanya.
Ke Zuhudan para sahabat Nabi SAW di
gambarkan oleh Hasan al-Basri salah
seorang tokoh zuhud pada abad kedua Hijriyah sebagai berikut “aku pernah
menjumpai suatu kaum ( sahabat Nabi ) yang lebih Zuhud terhadap barang yang halal dari pada Zuhud kamu terhadap barang yang haram”
Pada
masa ini,juga terdapat fenomena kezuhudan yang cukup menonjol yang
dilakukan oleh sekelompok sahabat Rasul SAW. Yang disebut dangan Ahl al
Suffah.mereka tinggal di emperan mesjid Nabawi di Madinah.Nabi Sendiri sangat
menyayangi dan bergaul sesama mereka.pekerjaan mereka hanya jihad dan tekun
beribadah di Mesjid,seperti belajar,memahami dan membaca al-Qur’an dan
berdzikir,berdo’a dan lain sebagainya Allah SWT. Sendiri juga memerintahkan
Nabi untuk bergaul besama mereka.
Kelompok ini di kemudian hari di
jadikan sebagai tipe dan panutan para
shufi.
Dengan anggapan
mereka adalah para sahabat Rasul SAW dan
kehidupan mereka adalah corak islam .
Di antara mereka adalah Abu Dzar
al-Ghifari yang sering disebut sebagai seorang sejati sekaligus sebagai
prototip fakir sejati,si miskin yang tidak memiliki apapun tetapi sepenuhnya memiliki Tuhan,menikmati hartaNya
yang abadi,Salman al-Faritsi seorang tukang cukur yang di bawa ke keluarga Nabi
menjadi contoh adopsi rohani dan pembaiatan mistik yang kerohanianya kemudian
di anggap sebagai unsur menetukan dalam sejarah tasawuf parsi dan dalam
pemikiran syiah[7].Abu
Hurairah,salah seorang perawi Hadits yang sangat terkenal adalah ketua kelompok
ini[8] Muadz
Ibn Jabal,Abdullah Ibn Mas’ud,Abdullah Ibn Umar Khudzaifah Ibn al- Yaman,Anas
ibn Malik, Bilal ibn Rabah, Amar ibn Yasar, Shuhaib al-Rumy Ibn Ummu Maktum,
dan Khibab ibn al- Arut.
Menurut Abd al-Hakim Hassan corak
kehidupan spiritual Ahl al- Suffah sebenarnya bukan karena dorongan
ajaran islam,akan tetapi corak itu di dorong oleh keadaan ekonomi yang kurang
menguntungkan [9]sehingga
mereka tinggal di mesjid keadaan itu nampak dari anjuran Rasul Allah
kepada sebagian sahabat yang
berkecukupan agar memberikan makan kepada mereka. Dan mereka ( para sahabat )
Yang secara
ekonomi berkecukupan menjadi panutan bagi orang-orang bijak.[10]
c. Kezuhudan di dorong Rasa Khauf
Khauf sebagai rasa takut akan siksa
Allah SWT sangat menguasai hati sahabat Nabi SAW dan orang-orang shalih pada
abad pertama dan kedua hijriyah.Informasi al-Qur’an dan Nabi tentang keadaan
kehidupan akhirat benar-benar diyakini dan memepengaruhi perasaan dan pikiran
mereka.
Rasa khauf menjadi semakin Intensif
terutama pada pemerintahan Umayyah, pasca jaman kekhalifahan yang empat. Pada
masa pemerintahan Umayyah,khauf tidak terbatas sebagai rasa takut terhadap
kedahsyatan dan kengerian tentang kehidupan di akhirat akan tetapi khauf juga
berarti kekhawatiran yang mendalam apakah pengabdian kepada Allah bakal di
terima atau tidak.
Pada masa ini pula,khauf menjadi
sebuah pendektaan mengajak orang lain pada kebenaran dan kebaikan.pendekataan indzar
(menakut-nakuti ) lebih dominant
dari pada pendekatan tabsyir (memberi kabar gembira ) .semangat kelompok
keagamaan pada masa ini adalah pentebaran rasa tkut kepada Allah,krtik terhadap
kehidupan yang melenceng jauh dari nilai-nilai keagamaan pada masa Nabi dan dua
khalifa sesudahnya daan memperbanyak ibadah.. tokoh. utama keagaaman pada masa
ini adalah Hasan al- Basri Bahkan para asketis yang natinya di sebut
sebagai para shufi mengidentikan pemerintah dangan kejahatan.[11]
d sikap zuhud dan rasa khauf berakar
dari nash ( dalil agama)
Al-Qur’an dan
al- Hadits memeberikan informasi tentang kebenaran sejati hidup dan
kehidupan. Keduanya memberi gambaran tentang perbandingan antara kehidupan dunia dan kehidupan
akhirat.keduanya memberikan informasi
tentang kengerian kehiduapan akhirat bagi orang-orang yang mengabaikan
hukum-hukum Allah. Selanjutnya orang-oran mukmin benar-benar meyakini informasi
itu dan keyakinan itu melahirkan rasa khauf.rasa khauf selajutnya memunculkan
sikap zuhud yaitu sikap menilai rendah terhadap dunia dan menilai tinggi
terhadap akhirtat.dunia di jadiakan sebagai Alat dan lahan ( mazraah
) untuk mencapai kebahagian abadi dan
sejati yaitu akhitat.
e. Sikap Zuhud Untuk Mengingatkan Moral.
Cinta dunia telah membuat saling bunuh dan
saling fitnah antar sesama.cinta dunia melahirkan ketidak salehan
ritual,personal maupun sosial.itilah sebabnaya Hasan al-Bashri sebagai salah
seorang zahid dalam mengajal baik masyarakat maupun pemerintah (para pemimpin kerajaan
Umayyah)selalu mengajak bersikap zuhud.sebagaimana sikap ini menjadikan bagian
yang tak terpisahkan dari kehidupan sahabat Nabi yang setia.
F Sikap Zuhud didukung kondisi sosial-
politk
Meskipun sikap zuhud tanpa
adanya sosial politik tertentu masih eksis lantaran al- qur’an dan prilaku
serta perkataan Nabi s.a.w. mendornag untuk bersikap zuhud,namun keadaan sosial
politik yang kacau turut menuburkannya sikap zuhud.
Selama abad pertama dan kedua
hijriyah terutama setelah sepeninggal Rasul SAW. Terdapat dua sistem
pemerintahan yaitu sistem pemerintahan kekhalifahan (khilafah Nubuwah) dan
sistem pemerintahan kerajaan ( Mulk ).pemerintahan pertama berlangsung selama
tiga puluh tahun sesudah Nabi Muhamad SAW yaitu sejak permulaan kekhalifahan
Abu Bakar hingga Ali bin Abi Thalib tepatnya dari tahun 11 H / 623.M.sampai
dengan tahun 40 H./ 661 M.Mereka adalah para pengganti Nabi yang berpetunjuk ( al-Khulafa
al- Rasidun ) sistem pemerintahan yang pertama ini mekanisme penggantinya
melalui pemilihan.pemerintahan kedua sejak pemerintaha dinasrti Umayyah
tepetnya sejak tahun 41H /661 M dan pemerintahan kedua ini mekanisme pengangkatan pemimpintertinggi
melalui petunjuk atau wasiat penguasa berdasarkan pertalian darah.
Pemerintahan kekhalifahan, dalam
pandangan banyak orang muslim,suatu kesalihan dan rasa tanggung jawab yang
sanggat dalam,sedangkan dinasti ummayah umumnya tertarik pada kekuasaan itu
sendiri.
Kecaman yang sering di tujukan pada dinasti
umayyah adalah dinasti ini memerapakan kebijakan untuk membuat asas islam
sebagai dasar bagi keputusan- keputuasan administatif,oleh karenanya dinasti
umayyah lebih menomorsatukan politik dan menomorduakan agama .mereka pada
umumnya di anggap menghamba duniawi dan kurang beriman.
B
KONDISI SOSIAL DAN POLITIK
Konflik politik yang terjadi di
antara umat islam semenjak masa-masa terakhir khalifah Utsman bin Affan,sangat
mempengaruhi keberagamaan,perpolitikan,dan
sosial kemasyarakatan umat islam,
fanatisme kesukuan muncul kemnabi kepermukaan,dan konflik politik tersebut
berlangsung sehingga masa Imam Ali bin Abi Thalib,hingga akhirnya menyebabkan
umat terpecah menjadi kelompok Umayyah,Syi’ah Khawarij,dan murjiaah bahkan
perselisihan antar kubu Muawiyah dangam musuh –musuhnya terus terjadi dalam
rentang waktu yang sangat lama.
Sangat benar apa yang dikatakan
oleh Nicholson yang menganggap bahwa
pembunuhan Utsman meupakan kekacauaan politik
yang akan di alami oleh umat islam. ia mengatakan : “perang saudara yang
terjadi setelah pembunuhan terhadap Utsman telah mengoyak- mengoyak segalanya,
kondisi ini tak kunjung membaik walaupuan perang tersebut telah usai” [12]
konflik politik tersebut bukan malah menjauh kan diri mereka dari agama sebab
setiap kelompok yang bertikai senantiasa menggunakan teks teks agama untuk
menjustifikasi sikap perbuatannya.tentunya hal itu mendorong terjadinya ijtihad
dalam memahami agama atau men’tawilkannya secara khusus.oleh karena itulah,
setiap kelompok politik yang bertikai akhirnya menjadi sekte agama yang
mempunyai aqidah tersendiri. Para pemilik sekte-sekte tersebut mengguanakan
para pneyair dan ulama untuk menarik perhatian massa
Agar mengikut
pada kelompoknya.sebagian dari mereka
menggunakan hadis-hadis Nabi untuk untuk mengukuhkan pemikiranaya terebut.
Sehingga permasalaahan akhirnya berhubungan dengan agama,dan
pembahasan-pembahasan akidahnya.
Sebagian sahabat merasakan adanya
bahaya yang mengancam akibat konlik politik tersebut,mereka berada di pihak
yang netral untuk mencari selamat,sehingga menjauhakan diri dari fitnah,dan
menggemari kehidupan yang menyendiri.oleh karena itu,mereka menjalani
kehidupanya dengan penuh kezuhudan.Nabkhati
mengungkapakan hal itu dengan mengatakan “salah satu sekta yang diri
dari Ali adalah sekte yang mengasingkan diri dari dengan Said bin Malik,Said
Bin Abi Waqqas,Abdullah bin Umar Bin Khattab,Muhammad bin Musallamah al-ansan
,dan Asmah bin Zaed bih Hansah. Mereka semua memisahkan diri dari Ali,dan tidak
mau memeranginya atau berperang bersamanya,namun juga membai’at Ali dan rela
atas kekhalifannya .mereka di namakan Mu’tazillah,dan menjadi pioneer para
mu’tazillah selamaya, mereka berkata “tidak halal memerangi Ali,dan juga
berperangan bersamanya” dan Ahnaf bin Qoes berkata pada kaumnya”jauhkanlah
dirimu dari fitnah,maka itu lebih baik untuk kalian”[13]dan
di saat itu terjadi fitnah antara Hasan Bin Ali dan orang-orang Muawiyah,dan
mengalahnya Hasan atas Muawiyah maka itu membawa pengaruh bagi pengikut Hasan
atas muawiyah sehingga mereka akhirnya berdiam diri di rumah, dan menyibukan
diri dengan keilmuan dan ibadah.mereka
juga dikatakan pendahulu –pendahulu Mu’tazillah.dalam hal ini ,al-Muthi
mengatakan “mereka menamakan dirinya sebagai Mu’tazillah ketika Hasan bin Ali
Membaiat Muawiyah,dan menyerahkan
pemerintahan kepadanya.mereka memisahkam diri dari Hasan,Muawiyah dan Juga
keseluruhan Manusia,walaupun sebenarnya pengikut Ali
Mereka berdiam
di rumah dan mesjid mesjid mereka sendiri,dan berkata “kami akan menyibukan
diri dengan keilmuaan dan ibadah”sehingga dikatakan sebagai Mu’tazilah”[14]
Dari pemaparan di atas,kita
mengetahui bahwa kekacauan politik pada masa itu telah mendorong sebagian Umat
Islam untuk melakukan pengasingan diri
dan beribadah,karena takut tenggelam dalam kekacauan politik
tersebut.jika mengetahui bahwa masa dinasti Muawiyah (kecuali masa kepemimpinan
Umar bin Abdul Azis )
Terdapat banyak
sekali kesewenang wenangan serta intimidasi yang berlebihan terhadap pihak
oposisi,secara otomatis akan memperkuat Mainsterm kezuhudan dan
pengasingan diri bagi sebagian orang.salah satu dari kezaliman bani umayah
pembunuhan terhadap Husien di karbala.tentunya pembunuhan tersebut sangat mempengaruhi kehidupan umat islam waktu itu,
dan kezaliman Bani Umayah semakin bertambah dari hari kehari “sekolompok orang
dari Kuffah,yang juga merupakan salah satu pusat ahli Zuhud pada Masa pertama islam,Merasakan penyesalan yang luar
biasa atas ikut andil mereka dalam pembunuhan terhadap Husien,setelah
mengetahui berada dalam pihak yang
benar.akhirnya mereka menamakan dirinya sebagai kelompok bertaubat,dan
menebus kesalahanya itu dengan cara beribadah,mereka keluar dari masyarakat
yang penuh dengan kebusukan,setelah mengetahui pada masa khulafaurrasyidin
telah berakhir,dan digantikan dengn Babi Umayyah yang haus darah,harta benda,
dan senantiasa berbuat lalim terhadap umat islam[15]pemimpin
gerakan orang-orang yang betaubat adalah Mukhtar bin Ubaid al- Tsaqafi. Ia
berhasil mengalahkan pengikut dinasti Muawiyah dalam beberapa pertempuran,namun
akhirnya terbunuh pada tahun 68 H,di Kuffah[16]jika
mukthar merupakan symbol dan gerakan revolusi yang teraktif melawan kesewenang-
wenangan.Bani Umayyah maka banyak sekali umat islam yang tidak mampu membela
kebenaran dan menghadapi kediktatoran para penguasa.tak ada lagi dihadapn
mereka selain menarik diri dan kehidupan masyarakat,dan menghabiskan waktunya
untuk beribadah melakukan Kezuhudan.
Memang benar,gerakan perlawanan
dengan cara yang tak reaktif,tidak di akui oleh islam.namun kondisi politicalah
yang telang mengakibatkan mereka bertidka sedemikian.sehingga kebisuaan mereka
bisa di anggap sebagai benutk ketidak sepakatan tehadap kesewenang- wewangan
penguasa.secara pasti masa dinati umayah merupakan masa pertumpahan darah dan
mencabik-cabiknya kehormatan makkah dan madinah yang pelakuknya tak lain dari
kelompok bani umayah sendiri,seperti
Ubaidillah bin Ziyad dan Hijaj al –Tsaqifi mereka berinteraksi dengan
umat manusia secara kasar,sehingga banyak sekali menghilangkan nyawa
orang-orang yang tidak bersalah.manusia hidup dalam ketertekanan sehingga
mereka melakukan kwzuhudan terhadap dunia.dunia dalam pandangan mereka saat
itu,sudah tidak bernilai lagi.di samping itu,kondisi sisial umay islam pada
masa dinasti Umayahtidak serupa dengan kondisi mereka pada Nabi SAW.,dan
Khulfaurrasyidin.umat islam waktu itu telah mampu menaklukan banyak sekali
Negara, dan mendapatkan harta yang berlimpah.muncullah para konglomerat dengan masyarakat islam yang dosertai
dengan hedonisme kehiduan yang akhirnya mengakibatkan pengabdian terhadap
norma-norma ehingga mereka yang tetap bersikukuh dengan ketakwaan, berkewajiban
untuk menyerukan kembali pola hidup para penadahulu yang penuh dengan
kesedrahanaan kezuhudan, dan tiadak tenggelm dalam belenggu hawa nafsu.
Salah satu
dari mereka adalah sakah seorang sahabat
yang bernama Abu zar Al- Ghafiri yang dengan gigih mengkritisi pola hidup
dinasti Umayaah yang hedinis,dan pola pemerintahan secara sosialis.salah satu
dari ahli takwa yang sepakat dengan dinasti Umayah lainnya adalah Said bin
Musayyab yang meninggal tahun 90 H.dan dia termasuk dari kalangan orang-orang
yang betaubat ( taibin).maka kurun waktu petama hijriyah telah menjadi saksi
akan kemunculan gerakan kezuhudan dalam islam,dan pemyenaran sebagai hasil dari
kekacaaun politik dan perubahan kondisi sosial masyarakat islam. Nicholson
menggambarkan hal tersebut dengan sangat
dlam pernyataan sebagai berikut.
“Pada kurun waktu hijriyah,banyak sekali
faktor yanh telah mendorong kemunculan zuhud dan perkembangan.perang saudara
secara terus menerus pada masa sahabat dan bani Umayyah,radikalisme dan
kekerasan dalam partai-partai politik,bertambannya kesenagan dan merosotnya
nilai-nilai etika,penderitaan umat islam atas kelaliman dan kediktatoran penguasa yang memaksakan kehendaknya terhadap
orang- orang yang menjalani keislamana denga tulus penolakan para penguasa
terhadap setiap pemikiran yang mengusung
konsep Khifah islamiyah (Theocrasy yang akan didirikan oleh umat
islam,kesemuanya itu merupakan faktor yang telah mengerakan hati umat islam
untuk melakukan kezuhudan terhadap dunia dan kesenangan-kesenangannya,
memalingkan pandanganya menuju akhirat,dan menaruh harapan terhadapnya,dari
sini maka muncuk gerakan kezuhudan yang semakin bertambah dari hari kehari.pada
awalnya kezuhudan hanya berupa kezuhudan agama murni,namun akhirnya sisusupi
dengan unsure- unsur tawawuf,sehingga menjadi sebuah bentuk sebagaimana yang
kita ketahui dalam tasawuf islam.gerkan tersebut senantiasa berada dalam paying
ahli sunah selama masa pemerintahan Bani
Umayah
orang-orang yang bertakwa pada diri umat islam,bahkan juga
para ahli (qura’) ahli hadis,dan para ulama,merekalah yang telah mengokohkannya
kezuhudan tersebut dalam islam.
Kesimpulan
Tasawuf
atau Sufiesme adalah satu cabang keilmuaan dalam islam atau secara keilmuaan ia
adalah hasil kebudayaan islam yang lahir kemudian setelah Rasulullah wafat,ketika
beliau masih hidup belum ada masalah ini yang hanya sebutan sahabat,bagi
orang islam yang hidup pada masa Nabi dan sesudah generasi islam di sebut Tabi’in.menurut Hakim Hassan
dalam al- Tashawwuf fi Sya’ri al-
Arab istilah tasawuf baru terdengar pada abad pertengahan kedua hijriyah
dan menurut Nicholson dalam bukuny al-Tasshawuf al- Islami wa
Tarikhihi,pertengahan abad III Hijriyah.
Semenjak wafatnya Khalifah Utsman
bin Affan,dari sinilan berwal kekacaaun dalam dunia kehidupan politik sosial
masyarakat islam,umat islam terpecah kedalam beberapa sekte yang saling tuduh
dan merasa paling benar sendiri
hingga,tak segan segan menumapahkan darah sesama kaum muslimin,dan sebagian
kaum muslim ada yang tenggelam dalam kemewahan dunia dan hidup berfoya-foya,
ajaran zuhud adalah merupakan reaksi
sebagian kaum muslimin yang tidak mau ikut campur dalam terhadap pertikaian
yang terjadi antara sesama kaum muslimin pada saat itudan memilh hidup
menyendiri dan memperbanayak ibadah dan tenggelam dalam khazanah ke ilmuan
dalam amal,kemudia mereka yang hidup di emperan mesjid yang lebih dikenal dengan sebutan Ahlul
Suffah,ini merupakan kritik sosial terhadap para penguasa yang hidup lalim dan
sewenang wenang serta suka menindas terhadap golongan yang lemah untuk mempertahankan
kekuasaan dan pemerintahanya.
DAFTAR PUSTAKA
Simuh,Tasawuf
dan Perkembanganya dalam Islam, Jakarta.Rajawali Press
Rivay Siregar,Tasawuf Dari Sufisme Klasik Ke-Neo Sufisme,Jakata
Rajawali Press
R.A.Nicholason,The
Mystic of Islam,Kegan Paul Ltd,London,1966;
Fazlur
Rahman,Islam, terjemah.Ahsin Muhammad,Bandung ,1984
Abd al-Halim Hassan,al-Thashawwuf Fii Syi’r
al-Arabi,Kairo.Maktabah al-anjalu al-misriyah,1954.
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik
dalam Islam,Terj,sapardi Djoko Damono, Jakarta, Pustaka Firdaus,1986.
Kamil Mushtafa, Syiby al- Shillah Bain al- Tashawu
Wa al- Tasyayu,Beirut;Dar
al-Andalus,1982.
Abd al-Rahman Badawi,Tarikh al
Tashawuf al-Islamiyah min al- Bidayah Hatta Nihayah al-Qur’an al- Tsani, Kuwait,
Wakallah al- Mathbu’at .
Nabkhati,Firq Syiah
.Bandingkan pula dalam Ibnu
Hazam,Fisl,Jilid 4
Abu Wafa’ al-Ghanimi al- Taftazani,Tasawuf
Islam ,telaah Historis dan perkembangannya.:Jakarta
Gaya Media Pratama.
Qasim Ghonni, Tarikh Tasawuf Islam,:Kairo 1972. .
Abdul Munim, Tarik Syiyasi li Daulah
Arabiyah ,Maktabah Ang
[1]
Simuh,Tasawuf dan Perkembanganya dalam Islam, Jakarta.Rajawali Press,
h.17-25.
[2]
Rivay Siregar,Tasawuf Dari Sufisme
Klasik Ke-Neo Sufisme,Jakata Rajawali Press.h 38.
[3]
R.A.Nicholason,The Mystic of Islam,Kegan
Paul Ltd,London,1966;3
h. 4.
[4]
Fazlur Rahman,Islam, terjemah.Ahsin Muhammad,Bandung ,1984.h.186.
[5]
Abd al-Halim Hassan,al-Thashawwuf
Fii Syi’r al-Arabi,Kairo.Maktabah
al-anjalu al-misriyah,1954.h.35.
[6]
Ibid,h.36
[7]
Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik dalam Islam,Terj,sapardi Djoko
Damono, Jakarta, Pustaka Firdaus,1986,h.28
[8]
Kamil Mushtafa, Syiby al- Shillah
Bain al- Tashawu Wa al- Tasyayu,Beirut;Dar al-Andalus,1982,hal 262.
[9]
Ibid,h. 34.
[10] Abd al-Rahman Badawi,Tarikh al Tashawuf
al-Islamiyah min al- Bidayah Hatta Nihayah al-Qur’an al- Tsani, Kuwait,
Wakallah al- Mathbu’at,h.127.
[12]
Nicholson,lit History of Arab,h 190.
[14]
Abu Wafa’ al-Ghanimi al- Taftazani,Tasawuf Islam ,telaah Historis dan
perkembangannya.:Jakarta Gaya Media Pratama.h.81
[15]
Qasim Ghonni, Tarikh Tasawuf Islam,:Kairo
1972.h.37.
[16]
Lihat penjelasan tentang pertempuran tersebut dalam tulisan Abdul Munim, Tarik
Syiyasi li Daulah Arabiyah ,Maktabah Anglo Misriyah,cet ke2,h,15 .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar