Sejarah
Islam mencatat peristiwa unik dan sulit dicerna akal, Isra dan Miraj. Secara
istilah, Isra berjalan di waktu malam hari, sedangkan Miraj adalah alat
(tangga) untuk naik. Isra mempunyai pengertian perjalanan Nabi Muhammad saw
pada waktu malam hari dari Masjid Al Haram Mekkah ke Masjid Al Aqsha
Palestina. Miraj adalah kelanjutan perjalanan Nabi Muhammad saw dari Masjid Al
Aqsha ke langit sampai di Sidratul Muntaha dan langit tertinggi tenpat Nabi
Muhammad saw bertemu dengan Allah swt. Isra’ Miraj adalah kisah perjalanan Nabi
Muhammad ke langit ke tujuh dalam waktu semalam. Prosesi sejarah perjalanan
Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad termaktub dalam QS. 17.Al-Isra’ :1 yang berbunyi
“Maha
suci Allah yang menjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke
Majidil Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya agar Kami memperlihatkan
kepadanya sebahagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. (QS. 17.Al-Isra’ :1)
Dan tentang mi’raj Allah menjelaskan
dalam QS. An-Najm:13-18:
“Dan
sesungguhnya dia (Nabi Muhammad SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya
yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul
Muntaha) ada syurga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul
Muntaha diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang
dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat
sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS.
An-Najm:13-18)
Rasulullah SAW melihat secara
langsung.
Allah
ingin memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya kepada Rasulullah SAW.
Pada Al Qur’an surat An Najm ayat 13 diatas, terdapat kata “Yaro” dalam bahasa
Arab yang artinya “menyaksikan langsung”. Berbeda dengan kata “Syahida”, yang
berarti menyaksikan tapi tidak musti secara langsung. Allah memperlihatkan
sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya itu secara langsung.
Mengenai
pemahaman tentang Isra’ Mi’raj banyak kaum muslim yang masih memiliki perbedaan
pandangan secara mendasar, yang terbagi dalam:
- Pemahaman dgn beranggapan peristiwa isra’ Mi’raj hanyalah sekedar perjalanan ruh, spiritual atau metaphor journey Nabi Muhammad SAW tidak dengan jasad fisik. Pemahaman ini berpegang kepada surah Al Quran :
QS.
17 Al-Isra’ : 60 “…Tidak lain mimpi yang Kami perlihatkan kepadamu adalah
sebagai ujian bagi manusia…”
- Sebaliknya ada yang berpendapat, bahwa isra’ dari Mekah ke Bait’l-Maqdis itu dengan jasad atau physical journey. Sedang mi’raj ke langit adalah dengan ruh atau metaphor journey.
- Pemahaman lain menyatakan bahwa Isra’ Mi’raj adalah perjalanan dengan jasad (fisik) dan dapat dijelaskan dalam ilmu yang dipahami manusia karena merupakan peristiwa nyata.
Pemahaman secara fisik (physical
journey).
ISRA`MI`RAJ,
sebagai sebuah peristiwa metafisika (gaib), barangkali bukan sesuatu yang
istimewa. Kebenarannya bukanlah sesuatu yang luarbiasa. Kebenaran metafisika
adalah kebenaran naqliyah (: dogmatis) yang tidak harus dibuktikan secara akal,
namun lebih bersifat imani. Valid tidaknya kebenaran peristiwa
metafisika—secara akal, bukanlah soal selagi ia diimani.
Didalam
pemahan secara fisika banyak orang mempertanyakan ke-shahih-an Isra`
Mi`raj; “ apakah mungkin manusia melakukan perjalanan sejauh itu hanya
dalam waktu kurang dari semalam?” . Kaum kafirpun telah menantang Rasulullah
seperti diberitakan dalam Al Quran dalam surat Al-Israa: 93.
“Atau
kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami
sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas
kami sebuah kitab yang kami baca”. Katakanlah: “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku
ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?”
Dan didalam Hadith
“Ketika
orang-orang Quraisy tak mempercayai saya (kata Nabi SAW), saya berdiri di Hijr
(menjawab berbagai pertanyaan mereka). Lalu Allah menampakkan kepada saya
Baitul Maqdis, saya dapatkan apa yang saya inginkan dan saya jelaskan kepada
mereka tanda-tandanya, saya memperhatikannya….” (HR. Bukhari, Muslim, dan
lainnya).
Hubungan antara peristiwa
perjalanan Isra’ Mi’raj dengan teori relativitas.
Diantara
keduanya terdapat faktor persamaan dan perbedaan didalam proses kejadian,
persamaan kedua kisah antara lain:
• Keduanya membahas perihal perjalanan atau journey dari Bumi ke luar angkasa lalu kembali ke Bumi.
• Keduanya membahas penggunaan faktor “Speed” atau “kecepatan” tinggi didalam pemberitaannya
• Konsep mengenai perpisahan antara dua manusia (atau lebih) digunakan sebagai bahan pokok atau object pembahasan didalam kedua cerita.
• Keduanya membahas perihal perjalanan atau journey dari Bumi ke luar angkasa lalu kembali ke Bumi.
• Keduanya membahas penggunaan faktor “Speed” atau “kecepatan” tinggi didalam pemberitaannya
• Konsep mengenai perpisahan antara dua manusia (atau lebih) digunakan sebagai bahan pokok atau object pembahasan didalam kedua cerita.
Dalam
Isra Miraj, Rasulullah meninggalkan kaumnya di bumi untuk bepergian ke ke
Majidil Aqsha lalu ke Langit ketujuh, dalam kasus teori relativitas menceritakan
tentang dua saudara kembar A dan B, dimana saudara kembar B bepergian keluar
angkasa.
Sampai
disini dari hal hal tersebut diatas, kita sudah dapat mengambil
kesimpulan secara gamblang, bahwa peristiwa Isra Miraj adalah benar.
Bagaimana mungkin seorang manusia yang ummi 14 Abad yang
silam dapat membuat sebuah cerita atau teori yang dapat dibuktikan didalam abad
ke 20 dengan sedemikian detailnya. Dengan kata lain tidak mungkin
Rasulullah SAW mencontoh teori Albert Einstein yang lahir sesudahnya (?).
Teori Relativitas.
Theori
Relativitas membahas mengenai Struktur Ruang dan Waktu serta mengenai hal hal
yang berhubungan dengan Gravitasi. Theori relativtas terdiri dari dua teori
fisika, relativitas umum dan relativitas khusus. Theori relativitas khusus
menggambarkan perilaku ruang dan waktu dari perspektif pengamat yang bergerak
relatif terhadap satu sama lain, dan fenomena terkait. Sala artikel ini hanya
dibahas theori relativitas khusus dan Efek yg disebut dilatasi waktu
(dari bahasa Latin: dilatare “tersebar”, “delay”).
t = waktu benda yang diam
v = kecepatan benda
c = kecepatan cahaya
Diterangkan
bahwa perbandingan nilai kecepatan suatu benda dengan kecepatan cahaya, akan
berpengaruh pada keadaan benda tersebut. Semakin dekat nilai kecepatan suatu
benda (v) dengan kecepatan cahaya (c), semakin besar pula efek yang dialaminya
(t`): perlambatan waktu. Hingga ketika kecepatan benda menyamai kecepatan cahaya
(v=c), benda itu pun sampai pada satu keadaan nol. Demikian, namun jika
kecepatan benda dapat melampaui kecepatan cahaya (v>c), keadaan pun berubah.
Efek yang dialami bukan lagi perlambatan waktu, namun sebaliknya waktu menjadi
mundur (-t’).
Kisah perjalanan Si Kembar
atau dilatasi waktu.
Twin
Paradox adalah suatu theori hasil pemikiran (Gedankenexperiment atau thought
experiment) oleh Albert Einstein berbasis theori relativitas khusus yang sampai
saat ini masih menjadi perdebatan para pakar fisika. Theori tersebut secara
keseluruhan menggambarkan kisah perjalanan dua saudara kembar yang berpisah.
Salah seorang dari saudara kembar (A) tersebut tinggal di Bumi dan saudara
kembar lainnya (si traveler(B)) terbang keluar angkasa kesebuah planet di tata surya
yang jauh dengan kecepatan cahaya dan kembali kebumi dengan kecepatan yang
sama. Setelah mereka bertemu kembali dibumi mereka menemukan fakta bahwa umur
si kembar yang mengadakan perjalanan (si traveler) lebih muda daripada umur
saudaranya (A) yang tetap tinggal dibumi, disebabkan si traveler mengalami
phenomenon time dilation atau fenomena dilatasi waktu dalam perjalanannya.
Time dilation (dilatasi waktu) adalah fenomena, dimana seorang Observer disatu titik melihat, bahwa jam dari orang yang bergerak dengan cepat menjadi lebih lambat (atau cepat), sebenarnya hal tersebut tergantung dari frame of reference dimana dia berada. Time dilation dapat di ketahui hanya apabila kecepatan mengarah kepada kecepatan cahaya dan sudah dibuktin secara akurat dengan unstable subatomic particle dan precise timing of atomic clocks.
Time dilation (dilatasi waktu) adalah fenomena, dimana seorang Observer disatu titik melihat, bahwa jam dari orang yang bergerak dengan cepat menjadi lebih lambat (atau cepat), sebenarnya hal tersebut tergantung dari frame of reference dimana dia berada. Time dilation dapat di ketahui hanya apabila kecepatan mengarah kepada kecepatan cahaya dan sudah dibuktin secara akurat dengan unstable subatomic particle dan precise timing of atomic clocks.
Pembuktian teori relativitas.
Studi tentang sinar kosmis merupakan
satu pembuktian teori ini. Didapati bahwa di antara partikel-partikel yang
dihasilkan dari persingungan partikel-partikel sinar kosmis yang utama dengan
inti-inti atom Nitrogen dan Oksigen di lapisan Atmosfer atas, jauh ribuan meter
di atas permukaan bumi, yaitu partikel Mu Meson (Muon), itu dapat mencapai
permukaan bumi. Padahal partikel Muon ini mempunyai paruh waktu (half-life)
sebesar dua mikro detik yang artinya dalam dua perjuta detik, setengah dari
massa Muon tersebut akan meleleh menjadi elektron. Dan dalam jangka waktu dua
perjuta detik, satu partikel yang bergerak dengan kecepatan cahaya (± 300.000
km/dt) sekalipun paling-paling hanya dapat mencapai jarak 600 m. padahal jarak
ketinggian Atmosfer di mana Muon terbentuk, dari permukaan bumi, adalah 20.000
m yang mana dengan kecepatan cahaya hanya dapat dicapai dalam jangka minimal 66
mikro-detik. Lalu, bagaimana Muon dapat melewati kemustahilan itu? Ternyata,
selama bergerak dengan kecepatannya yang tinggi—mendekati kecepatan cahaya,
partikel Muon mengalami efek sebagaimana diterangkan teori Relativitas, yaitu
perlambatan waktu.
Pembuktian
selanjutnya terjadi pada tahun 1971, perbedaan waktu (time dilation) di
twin paradox theori tersebut telah dibuktikan melalui
“Hafele-Keating-Experiment” dengan menggunakan 2 buah jam yang berketepatan
tinggi (High precision Cesium Atom clocks) yang di set awal pada waktu yang
sama.
Experiment tersebut menghasilkan perbedaan waktu pada kedua jam tersebut, antara jam yang diletakkan di pesawat Intercontinental yang bergerak terbang kearah timur / barat dengan jam referensi yang diletakkan di U.S. Naval Observatory di Washington, waktu jam di pesawat berkurang/bertambah tergantung dari arah penerbangan.
Experiment tersebut menghasilkan perbedaan waktu pada kedua jam tersebut, antara jam yang diletakkan di pesawat Intercontinental yang bergerak terbang kearah timur / barat dengan jam referensi yang diletakkan di U.S. Naval Observatory di Washington, waktu jam di pesawat berkurang/bertambah tergantung dari arah penerbangan.
Relativ terhadap jam di Naval Observatory, jam dipesawat berkurang waktu 59+/-10 nanoseconds dalam penerbangan ketimur, dan mengalami pertambahan waktu 273+/-7 nanosecond pada penerbangan ke barat. Hasil empiris tersebut membuktikan theori twin paradox dalam tingkatan jam macroskopik.
Dengan adanya pembuktian pembukatian
tersebut, berarti Albert Einstein dengan teori relativitasnya secara
langsung atau tidak langsung telah membuktikan bahwa kisah Al Quran tentang
kisah “perjalanan Rasulullah SAW kelangit ketujuh dan kembali dalam
satu malam” adalah benar. Terutama dalam segi dimensi WAKTU,
dalam perhitungannya memungkinkan.
Pertanyaan selanjutnya bagaimana
dengan Nabi Isa AS, ummat Islam mempercayai bahwa Nabi Isa, yang diakui sebagai
Yesus oleh penganut Kristen, memang tidak dibunuh oleh orang-orang yang
mengejarnya ketika itu. Bahkan beliau belum wafat. Nabi Isa akan kembali
diakhir jaman, Apakah Nabi Isa juga mengalami perjalanan dan dilatasi
waktu serupa? Wallahu ‘alam bish shawwab.
Applikasi Teori Relativitas.
Salah satu aplikasi teori tersebut
adalah alat GPS – Global Postioning
System di Handphone anda merupakan
applikasi hasil dari theory relativitas umum dan relativitas khusus.
Dalam hal ini jam satellite di orbit di bandingkan dengan jam di darat sebagai
faktor koreksi pengiriman signal.
Akhirul kalam, saya menganggap bahwa
pengetahuan akan adanya dilatasi waktu antar galaksi adalah suatu fenomena
menarik bagi kaum muslimin. Fenomena inipun banyak terjadi pada peristiwa
sehari-hari dan bahkan dipelajari oleh ilmuwan barat untuk mempelajari
peristiwa di alam raya. Dan mestinya bukanlah sesuatu yang dilarang atau
berlebihan untuk lebih memahami fenomena di alam. Untuk selanjutnya yang kita
tunggu adalah adanya kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan untuk dapat
mengungkapkan desain dari black hole dan wormhole yang gabungan keduanya mirip
bentuk teratai (Sidrah atau Sidratul, dan bentuk otak pada tubuh manusia.
Sehingga semua ini mudah-mudahan dapat meningkatkan ketakwaan kita dihadapan
sang Pencipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar