Kamis, 12 Juli 2012

TASAWUF DAN KONFLIK POLITIK


        TASAWUF & KONFLIK POLITIK
   
           MAKALAH INI DISAJIKAN PADA SEMINAR KELAS


MATA KULIAH  SEJARAH  TASAWUF
DOSEN PENGAMPU  PROF.DR. ASMARAN AS.MA.
DISUSUN OLEH  M.ARIF HAKIM.
NIM 09.0201.0491

                   

               

PROGRAM  PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
PROGRAM  STUDI  FILSAPAT ISLAM
KONSENTRASI  ILMU TASAWUF
BANJARMASIN
2010

                                            Pendahuluan
          Islam adalah Agama yang sejak awal diturunkannya deterima dan diamalkan oleh masyarakat urban,atau masyarkat perkotaan di Mekah dan Madinah.Yakni diterima suatu lapisan masyarakat yang mampu berpikir rasional dan logis,mampu membedakan dan menarik garis pemisah yang tegas antara yang islam dan yang bukan islam.istilah- istilah musyrik,dan Tauhid,islam dan kafir, yang islam dan yang jahiliyah,mereka menciptakan adalah untuk menarik garis pemisah yang tegas antara sunnah dan ajaran islam dengan tradisi lama zaman jahilliyah.
            Perkembangan baru yang dimulai mewarnai perubahan pemikiran dan pemahanan tentang agama ini dirangsang oleh perselisihan dalam masalah-masalah politik (tentang pengangkatan Khalifah ) yang kemudian di legalisasi dengan dalil- dalil agama.akibatnya dari perselisihan dalam bidang  politik.ini ummat islam mulai terkoyak jadi beberapa sekte yang sering cakar-cakaran dan bermusuhan  ada tiga pola pikir tradisi lama yang mendominasi pemahaman agama yang menimbulkan perpecahan.yaitu ambisi kesukuan Mua’wiyah yang meneruskan cita-cita ayahnya Abu sufyan untuk merebut kekuasaan dan memdirikan sistem pemerintahan kerajaan bagi dinasti Umayah.cita ini bisa mereka capai dengan mengorganisasi pemberontakan terhadap kekuasanan Khalifah Ali bin Abi Thalib.pemberontakan ini berhasil memancing perpecahan dua sayap eksterm dari pendukung kekhalifahan Ali jadi dua sekte yang paling bermusuhan.yaitu sekte Khawarij dan sekte  Syi’ah.Syi’ah mengembangkan pola tradisi lama suku-suku arab selatan yang telah sejal lama mendewa-dewakan pemimpin dan raja mereka.pola pikir ini dilegalisir dengan dalil agama dan menjelama menjadi konsep kepemimpinan imamah.Ali mereka katakana sebagai orang yang saru satunya yang telah di tunjuk langsung oleh Nabi sebagi pengganti untuk memimpin ummat Islam baik dalam urusan sosial politik ataupun
Agama.hak ini kemudian jadi hak istimewa bagi keturunan Ali Bin Abi Thalib.jadi Syi’ah mengembangkan kepemimpinan atas dasar kharismatik  keagamaan dengan konsep ‘ishmatul a’immah (imam-imam yang maksum,terjaga dari kesalahan dan dosa ).jadi Syi’ah berusaha mengalihkan tipe kepemimpinan asli Islami atas dasar rasional dengan konsep ulama,jadi tipe kepemimpinan kharismatik Relegius dengan konsep Imamah.maka mulai berkembanglah ajaran mendewa dewakan imam yang kemudian mendapat Dukungan tradisi Feudalisme dari kerajaan- kerajan Persia purba.
Dengan konsep imamah berarti Syi’ah memeberikan kekuasaan otoriter pada para imam untuk mementukan penafsiran terhadap ajaran –ajaran Agama dan juga dalam menghadapi masalah-masalah sosial politik.setiap orang diwajibkan hidup mati (pejang –gesang ) ikut sang imam.
            Adapun sekte khawarij mengembangn pola pikir tradisional suku-suku baduwi di arab bagian tengah,terbiasa berpikir sederhana  keras dan fantail, memutlakan pendapat mereka.Dalam paham Agama mereka memahami secara sempit dan sepotong- sepotong (parisial) dan keras sehingga mereka tidak segan-segan menilai orang yang tidak sepaham sebagai kafir dan bahkan musyrik,serta wajib di bunuh dan diperanginya.
            Adapun golongan Bani umayah yang kemudian jadi penguasa tunggal sertelah terbunuhnaya khalifah Ali,menganut pola pikir leluhur mereka Abu Sufyan berfaham politik sentries,muawiyah selaku pucuk pimpinan keluarga bani Umaiyah mengembangkan sitem dinastiisme mengubah sitem ajaran yang memandang jabatan jabatan kenegaraan sebagai medan ibadah dan pengabdian bagi kejayaan agama dan umat menjadi sistem kerajaan turun temurun seterusnya muawiyah telah berhasil merebut kekuasaan dan membangun ibu kota di damaskus,lalu meniru gaya  hidup krajaan krajaan feodal seperti halnya kerajaan Rum Timur yang mengutamakan gebyar kelahiran dan kemewahan hidup duniawi perubahan gaya yang dikembangan oleh lapisan atas yang berpusat di istana Bani Umayah yang mengeutamakan gebyar kesenangan dan kemewahan hidup duniawi.perubahan ini ternyata besar pengaruhnya dan mengakibatkan perubahan gaya hidup kaum muslimin pada umunya mereka mengkiblat cara hidup di istana dan ikut ikutan mengejar kemewahan duniawi. Untuk memperebutkan harta dan kekayaan dan kesenangan duniawi mereka tidak segan segan berbuat korup melahab barang-barang yang haram.
            Perubahan ini tentu memicu reaksi yang sebaliknya timbul segolongan orang-orang islam yang mengembangkan gaya hidup sebaliknya,lebih mengutamakan kehidupan akhirat dan rohani, muak dan menghina gaya sebagian besar kaum muslim yang mulai mengejar memperebutkan  gebyar keduniaan.salah  seorang tokoh ulama besar yang amat menyesalakan gaya hidup sebagian besar ummat islam yang mulai memperebutkan harta dunia tanpa mengindahkan halal dan haram adalah seorang tabi’in,yaitu Hasan al-Basri (w.110H/728 M.)  sebagai reaksi kekecewaan Hasan Barsi terhadap perubahan gaya hidup kaum muslimin beliau mengatakan sebagai berikut:
Dulu kami menjumpai beberapa kaum di mana tehadap hal-hal yang di halalkan kepada mereka saja lebih Zuhud dari pada kamu terhadap hal-hal yang di haramakan padamu.  
Ungkapan diatas menujukan bebrapa jauh perubahan gaya kaum muslimin setelah berkembangnya gaya hidup istana bani umayah laksana bumi dan langit dari kalangan orang-orang yang mempertahankan sikap  hidup zuhud  inilah muncul segolongan ummay islam yang terpengaruh oleh cita ajaran mistik yang berusaha mencari hubungan langsung untuk bisa bertatap muka secara pribadi dengan Tuhanya.[1]



A. TASAWUF & KONFLIK POLITIK

            Term tasawuf dikenal secara luas di kawasan Islam sejak penghujung  abad kedua hijriyah sebagai perkembangan lanjut dari kesalehan asketis atau para zahid yang mengelompokan di serambi masjid  Madinah .dalam perjalan kehidupan kelompok ini lebih mengkhususkan untuk beribadah dan pengmbangan kehidupan rohaniah dengan mengabaikan kenikmatan duniawi,pola hidup kesalehan yang demikian merupakan awal pertumbuhaan   awal tasawuf yang kemudian berkembang dengan pesatnya.fase ini dapat disebut asketisme dan murupakan fase pertama perkembangan tasawuf,yang di tandai dengan munculnya individu-individu yang lebih mengejar kehidupan akhirat sehingga perhatianaya terpusat untuk beribadah  dan mengabaikan keasyikan duniawi.fase asketisme  ini setidaknaya sampai pada abad hijriyah dan memasuki abad ketiga hijriyah sudah terlihat pada peralihan konkrit dan Asketisme islam ke sufisme.fase ini dapat disebut fase kedua, yang ditandai oleh anatara lain peralihan sebutan zahid menjadi sufi. Disisi lain,pada kurun waktu ini percakapan para zahid sudah sampai pada persoalan apa itu jiwa yang bersih,apa itu moral dan bagaimana metode pembinaanya dan perbincangan tentang masalah teorits lainya. Tindak lanjut dari perbicangan ini, maka bermunculanlah  berbagai teori tentang jenjang-jenjang yang harus ditempuh oleh para sufi (al-maqomat) serta ciri-ciri yang dimiliki seorang sufi   pada tingkat tertentu (al-hal.) demikian juga pada priode ini sudah mulai berkembang pembahasan tentang al-Ma’rifat serta seperangkat metodenya, sampai pada tingkat fana dan ittihad.bersamaan dengan itu,tampil pula para penulis Tasawuf seperti al-Muhasibi (w 243 H),al-Kharaj ( w.277.H ) dan al –Junaid (w.297.H.) dan penulis lainya fase ini di tandai dengan muncul dan berkembagnaya  ilmu baru dalan khazanah budaya islam, yakni ilmu tasawuf yang tadinya hanya berupa pengetahuan praktis, atau semacam langgam berkembang terus kea rah yang lebih spesifik,seperti konsep intuisi,al-Kasyaf dan Dzauq.
            Kepesatan perkembangan tasawuf sebagai salah satu kultur ke islaman,nampaknya memperoleh infuse atau motivasi dari tiga faktor,infuse ini kemudiaan memeberikan gambaran tentang tipe gerakan yang muncul.
Pertama  adalah corak kehidupan yang frofan dan hidup kepelastariaan yang diperagakan oleh ummat islam terutama para pembesar negeri hartawan,dari aspek ini,dorongan yang paling deras adalah sebagai reaksi terhadap sikap hidup yang glamour dari kelompok elit dinasti penguasa istana.protes tersmar ini mereka lakukan dengan gaya murni etis, pendalam kehidupan spiritual dengan motivasi etikal.tokoh populer yang hapal mewakili dapat ditujuk Hasan al- Basri ( w.110H.)[2] yang mempunayi pengaruh kuat dalam kesejarahan spiritual islam,melalui doktrin al-  Zuhud dan Khauf, al Roja,Rabiatul al-Adawiyah (185H )  dengan ajaran al-hubb atau Mahabbah serta Ma’ruf  al- Kharki(w 200H ) dengan konsep al- Syauq sebagai Ajarannya.[3] Nampaknya setidaknya pada Awal Munculnya gerakan ini semacam gerakan sektarian yang introversionis,pemisahan dari trend kehidupan,eksklusif dan tegas pendirian dalam upaya penyucian  diri tanpa memperdulikan alam sekitar.
Kedua  timbul sikap apatis sebagai reaksi maksimal kepada radikalisme kaum khwarij dan polarisasi politik yang ditimbulkanya.kekerasan pergulatan politik pada masa itu menyebabkan orang-orang yang ingin mempertahankan kesalahan dan ketenangan rohaniah,terpaksa mengambil sikap menjauhi  kehidupan masyarkat untuk menyepi dan sekaligus menghindarkan diri dari keterlibatan dalam pertentangan politik

 Sikap yang  demikan itu melahirkan ajaran uzlah yang dipelopori Surri al- Saqathi (w 253 H) [4].apa bila di ukur dari kreteria sosiologi,nampaknya kelompok ini dapat di kata gorikan sebagai  kelompok  gerakan “sempalan”,satu kelompok ummat sengaja sikap Uzlah kolektif yang cendrung ekslusif dan kritis terhdap penguasa.dalam pandangan ini,kecendrungan memilih kehidupan rohaniah mistis,sepertinya merupakan pelarian,atau mencari konpensasi untuk menang dalam medan perjuangan duniawi.ketika di dunia yang penuh tipu daya  ini sudah kering dari siramaan cinta sesama mereka membangun dunia baru,realitas baru yang terbebas dari kekejaman dan keserakahan,dunia spiritual yang penuh dengan salju cinta.
Ketiga, nampaknya adalah kerena corak kodifikasi hukum islam dan permusuhan ilmu kalam yang rasional sehingga kurang bermotivasi etikal yang menyebabkan kehilangan moralitasnya,menjadi semacam wahana tiada isi atau semacam bentuk tanpa jiwa itu.formalitas paham keagamaan dirasakan semakin kering dan menyesakkan Ruhuddin yang menyebabakan terputusnya komunikasi langsung suasana keakraban persoalan antara hamba dan penciptanaya.kondisi Hukum dan teologi yang kering tanpa jiwa itu, karena dominasinya posisi moral dalam  agama,para Zuhhad tergugah untuk mencurahkan perhatian terhadap moralitas, sehingga memacu pergeseran asketisme kesalahan pada tasawuf.
B. Fase dan Perkembangan Tasawuf dalam Politik.   
            Pada fase abad pertama dan kedua Hijriyah belum bisa sepenuhnya di sebut sebagai fase tasawuf tapi lebih tepat disebut sebagai fase Kezuhudan,adapun cirri tasawuf pada abad ini adalah  sebagai berikut :
a.         Bercorak Praktis (Amaliyah )
            tasawuf pada fase ini lebih bersifat amaliah dari pada bersifat pemikir .
            bentuk amaliah itu seperti memeperbanyak ibadah,menyedikitkan makan minum,menyedikitkan tidur dan lain sebagainya.Amaliah ini terjadi lebih intensif terutama pascaterbunuhnya sahabat Usman.para sahabat Nabi.SAW. di gambarkan oleh Allah SWT sebagai orang yang ahli ruku dan sujud  
            Menurut Abd al- Hakim Hasan,Abad pertama hijriyah terdapat dua corak kehidupan spiritual,pertama, kehidupan spiritual sebelum terbunuhya Utsman dan kedua,kehiupan spiritual pasca terbununya Utsman[5] kehiduapan spiritual yang pertama adalah islam murni,sementara yang kedua adalah produk persentuhan dangan lingkungan,akan tetapi secara prinsipil masih tetap bersandar pada dasar spiritual islam pertama.
            Peristiwa terbunuhnya khalifah Utsman merupakan pukulan tersendiri terhadap perasaan kaum muslimin.betapa tidak,Utsman adalah termasuk golongan kelompik  pertama orang-orang yang memeluk islam ( al-Sabiqun al-Awwalun ),salah seorang yang di janjikan masuk surga,orang yang dengan gigih mengorbankan hartanya untuk perjuangan islam dan orang yang mengawini dua putri Nabi.peristiwa pembunuhana Utsman mendorong munculnya kelompok yang tidak ingin terlibat dalam pertikaian politikmemilih unutk tinggal di rumah  untuk menghindari fitnah serta kosentrasi untuk beribadah,sehingga al- Jakhid salah seorang yang berkonsentrasi   dalam ibadah yang juga salah seorang santri Ibn Mas’ud berkata,”Aku bersyukur kepada Allah sebab aku tidak terlibat dalam pembunuhan Utsman dan aku shalat sebanyak seratus rakaat dan ketika terjadi perang jamal dan siffin aku bersyukur kepada Allah dan aku menambahi shalat dua ratus rakaat demikian juga aku menambahi masing-masing seratus rakaat ketika tidak ikut  hadir dalam peristiwa Nahrawan  dan fitnah Ibn Zubair[6]
b.         Bercorak Kezuhudan
            Tasawwuf pada fase pertama dan kedua Hijriyah lebih tepat di sebut sebagai kezuhudan.kesederhanaan kehidupan Nabi di klaim sebagai panutan jalan zahid.Banyak ucapan dan tindakan  Nabi saw yang mencerminkan kehidupan zuhud kesederhanaan baik dari segi pakaiaan maupun makanan,kehidupan zuhud dan kesederhanaan baik dari segi pakaian yang bagus dapat di penuhi.dan secara logikapun tidak masuk akal seandainya Nabi SAW.yang menganjurkan untuk hidup Zuhud sementara dirnya sendiri tidak melakukanya.
            Ke Zuhudan para sahabat Nabi SAW di gambarkan oleh Hasan  al-Basri salah seorang tokoh zuhud pada abad kedua Hijriyah sebagai berikut “aku pernah menjumpai suatu kaum ( sahabat Nabi ) yang lebih Zuhud terhadap barang  yang halal dari pada Zuhud kamu terhadap  barang yang haram”
            Pada  masa ini,juga terdapat fenomena kezuhudan yang cukup menonjol yang dilakukan oleh sekelompok sahabat Rasul SAW. Yang disebut dangan Ahl al Suffah.mereka tinggal di emperan mesjid Nabawi di Madinah.Nabi Sendiri sangat menyayangi dan bergaul sesama mereka.pekerjaan mereka hanya jihad dan tekun beribadah di Mesjid,seperti belajar,memahami dan membaca al-Qur’an dan berdzikir,berdo’a dan lain sebagainya Allah SWT. Sendiri juga memerintahkan Nabi untuk bergaul besama mereka.
            Kelompok ini di kemudian hari di jadikan sebagai tipe dan panutan  para shufi.
Dengan anggapan mereka adalah para sahabat Rasul SAW  dan kehidupan mereka adalah corak islam .
            Di antara mereka adalah Abu Dzar al-Ghifari yang sering disebut sebagai seorang sejati sekaligus sebagai prototip fakir sejati,si miskin yang tidak memiliki apapun tetapi  sepenuhnya memiliki Tuhan,menikmati hartaNya yang abadi,Salman al-Faritsi seorang tukang cukur yang di bawa ke keluarga Nabi menjadi contoh adopsi rohani dan pembaiatan mistik yang kerohanianya kemudian di anggap sebagai unsur menetukan dalam sejarah tasawuf parsi dan dalam pemikiran syiah[7].Abu Hurairah,salah seorang perawi Hadits yang sangat terkenal adalah ketua kelompok ini[8] Muadz Ibn Jabal,Abdullah Ibn Mas’ud,Abdullah Ibn Umar Khudzaifah Ibn al- Yaman,Anas ibn Malik, Bilal ibn Rabah, Amar ibn Yasar, Shuhaib al-Rumy Ibn Ummu Maktum, dan Khibab ibn al- Arut.
            Menurut Abd al-Hakim Hassan corak kehidupan spiritual Ahl al- Suffah sebenarnya bukan karena dorongan ajaran islam,akan tetapi corak itu di dorong oleh keadaan ekonomi yang kurang menguntungkan [9]sehingga mereka tinggal di mesjid keadaan itu nampak dari anjuran Rasul Allah kepada  sebagian sahabat yang berkecukupan agar memberikan makan kepada mereka. Dan mereka ( para sahabat )
Yang secara ekonomi berkecukupan menjadi panutan bagi orang-orang bijak.[10]
c.         Kezuhudan di dorong Rasa Khauf
            Khauf sebagai rasa takut akan siksa Allah SWT sangat menguasai hati sahabat Nabi SAW dan orang-orang shalih pada abad pertama dan kedua hijriyah.Informasi al-Qur’an dan Nabi tentang keadaan kehidupan akhirat benar-benar diyakini dan memepengaruhi perasaan dan pikiran mereka.
            Rasa khauf menjadi semakin Intensif terutama pada pemerintahan Umayyah, pasca jaman kekhalifahan yang empat. Pada masa pemerintahan Umayyah,khauf tidak terbatas sebagai rasa takut terhadap kedahsyatan dan kengerian tentang kehidupan di akhirat akan tetapi khauf juga berarti kekhawatiran yang mendalam apakah pengabdian kepada Allah bakal di terima atau tidak.
            Pada masa ini pula,khauf menjadi sebuah pendektaan mengajak orang lain pada kebenaran dan kebaikan.pendekataan indzar (menakut-nakuti )  lebih dominant dari pada pendekatan tabsyir (memberi kabar gembira ) .semangat kelompok keagamaan pada masa ini adalah pentebaran rasa tkut kepada Allah,krtik terhadap kehidupan yang melenceng jauh dari nilai-nilai keagamaan pada masa Nabi dan dua khalifa sesudahnya daan memperbanyak ibadah.. tokoh. utama keagaaman pada masa ini adalah Hasan  al- Basri  Bahkan para asketis yang natinya di sebut sebagai para shufi mengidentikan pemerintah dangan kejahatan.[11]
d          sikap zuhud dan rasa khauf berakar dari nash ( dalil agama)
            Al-Qur’an  dan  al- Hadits memeberikan informasi tentang kebenaran sejati hidup dan kehidupan. Keduanya memberi gambaran tentang perbandingan  antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.keduanya memberikan  informasi tentang kengerian kehiduapan akhirat bagi orang-orang yang mengabaikan hukum-hukum Allah. Selanjutnya orang-oran mukmin benar-benar meyakini informasi itu dan keyakinan itu melahirkan rasa khauf.rasa khauf selajutnya memunculkan sikap zuhud yaitu sikap menilai rendah terhadap dunia dan menilai tinggi terhadap akhirtat.dunia di jadiakan sebagai Alat dan lahan ( mazraah )  untuk mencapai kebahagian abadi dan sejati yaitu akhitat.

e.         Sikap Zuhud Untuk Mengingatkan Moral.
             Cinta dunia telah membuat saling bunuh dan saling fitnah antar sesama.cinta dunia melahirkan ketidak salehan ritual,personal maupun sosial.itilah sebabnaya Hasan al-Bashri sebagai salah seorang zahid dalam mengajal baik masyarakat maupun pemerintah (para pemimpin kerajaan Umayyah)selalu mengajak bersikap zuhud.sebagaimana sikap ini menjadikan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sahabat Nabi yang setia.
F          Sikap Zuhud didukung kondisi sosial- politk
            Meskipun sikap zuhud tanpa adanya sosial politik tertentu masih eksis lantaran al- qur’an dan prilaku serta perkataan Nabi s.a.w. mendornag untuk bersikap zuhud,namun keadaan sosial politik yang kacau turut menuburkannya sikap zuhud.
            Selama abad pertama dan kedua hijriyah terutama setelah sepeninggal Rasul SAW. Terdapat dua sistem pemerintahan yaitu sistem pemerintahan kekhalifahan (khilafah Nubuwah) dan sistem pemerintahan kerajaan ( Mulk ).pemerintahan pertama berlangsung selama tiga puluh tahun sesudah Nabi Muhamad SAW yaitu sejak permulaan kekhalifahan Abu Bakar hingga Ali bin Abi Thalib tepatnya dari tahun 11 H / 623.M.sampai dengan tahun 40 H./ 661 M.Mereka adalah para pengganti Nabi yang berpetunjuk ( al-Khulafa al- Rasidun ) sistem pemerintahan yang pertama ini mekanisme penggantinya melalui pemilihan.pemerintahan kedua sejak pemerintaha dinasrti Umayyah tepetnya sejak tahun 41H /661 M dan pemerintahan kedua ini  mekanisme pengangkatan pemimpintertinggi melalui petunjuk atau wasiat penguasa berdasarkan pertalian darah.
            Pemerintahan kekhalifahan, dalam pandangan banyak orang muslim,suatu kesalihan dan rasa tanggung jawab yang sanggat dalam,sedangkan dinasti ummayah umumnya tertarik pada kekuasaan itu sendiri.
 Kecaman yang sering di tujukan pada dinasti umayyah adalah dinasti ini memerapakan kebijakan untuk membuat asas islam sebagai dasar bagi keputusan- keputuasan administatif,oleh karenanya dinasti umayyah lebih menomorsatukan politik dan menomorduakan agama .mereka pada umumnya di anggap menghamba duniawi dan kurang beriman.
 B  KONDISI SOSIAL DAN POLITIK
            Konflik politik yang terjadi di antara umat islam semenjak masa-masa terakhir khalifah Utsman bin Affan,sangat mempengaruhi  keberagamaan,perpolitikan,dan sosial kemasyarakatan  umat islam, fanatisme kesukuan muncul kemnabi kepermukaan,dan konflik politik tersebut berlangsung sehingga masa Imam Ali bin Abi Thalib,hingga akhirnya menyebabkan umat terpecah menjadi kelompok Umayyah,Syi’ah Khawarij,dan murjiaah bahkan perselisihan antar kubu Muawiyah dangam musuh –musuhnya terus terjadi dalam rentang waktu yang sangat lama.
            Sangat benar apa yang dikatakan oleh  Nicholson yang menganggap bahwa pembunuhan  Utsman meupakan kekacauaan politik yang akan di alami oleh umat islam. ia mengatakan : “perang saudara yang terjadi setelah pembunuhan terhadap Utsman telah mengoyak- mengoyak segalanya, kondisi ini tak kunjung membaik walaupuan perang tersebut telah usai” [12] konflik politik tersebut bukan malah menjauh kan diri mereka dari agama sebab setiap kelompok yang bertikai senantiasa menggunakan teks teks agama untuk menjustifikasi sikap perbuatannya.tentunya hal itu mendorong terjadinya ijtihad dalam memahami agama atau men’tawilkannya secara khusus.oleh karena itulah, setiap kelompok politik yang bertikai akhirnya menjadi sekte agama yang mempunyai aqidah tersendiri. Para pemilik sekte-sekte tersebut mengguanakan para pneyair  dan ulama  untuk menarik perhatian massa
Agar mengikut pada kelompoknya.sebagian  dari mereka menggunakan hadis-hadis Nabi untuk untuk mengukuhkan pemikiranaya terebut. Sehingga permasalaahan akhirnya berhubungan dengan agama,dan pembahasan-pembahasan akidahnya.
            Sebagian sahabat merasakan adanya bahaya yang mengancam akibat konlik politik tersebut,mereka berada di pihak yang netral untuk mencari selamat,sehingga menjauhakan diri dari fitnah,dan menggemari kehidupan yang menyendiri.oleh karena itu,mereka menjalani kehidupanya dengan penuh kezuhudan.Nabkhati  mengungkapakan hal itu dengan mengatakan “salah satu sekta yang diri dari Ali adalah sekte yang mengasingkan diri dari dengan Said bin Malik,Said Bin Abi Waqqas,Abdullah bin Umar Bin Khattab,Muhammad bin Musallamah al-ansan ,dan Asmah bin Zaed bih Hansah. Mereka semua memisahkan diri dari Ali,dan tidak mau memeranginya atau berperang bersamanya,namun juga membai’at Ali dan rela atas kekhalifannya .mereka di namakan Mu’tazillah,dan menjadi pioneer para mu’tazillah selamaya, mereka berkata “tidak halal memerangi Ali,dan juga berperangan bersamanya” dan Ahnaf bin Qoes berkata pada kaumnya”jauhkanlah dirimu dari fitnah,maka itu lebih baik untuk kalian”[13]dan di saat itu terjadi fitnah antara Hasan Bin Ali dan orang-orang Muawiyah,dan mengalahnya Hasan atas Muawiyah maka itu membawa pengaruh bagi pengikut Hasan atas muawiyah sehingga mereka akhirnya berdiam diri di rumah, dan menyibukan diri dengan keilmuan  dan ibadah.mereka juga dikatakan pendahulu –pendahulu Mu’tazillah.dalam hal ini ,al-Muthi mengatakan “mereka menamakan dirinya sebagai Mu’tazillah ketika Hasan bin Ali Membaiat  Muawiyah,dan menyerahkan pemerintahan kepadanya.mereka memisahkam diri dari Hasan,Muawiyah dan Juga keseluruhan Manusia,walaupun sebenarnya pengikut Ali  
Mereka berdiam di rumah dan mesjid mesjid mereka sendiri,dan berkata “kami akan menyibukan diri dengan keilmuaan dan ibadah”sehingga dikatakan sebagai Mu’tazilah”[14]
            Dari pemaparan di atas,kita mengetahui bahwa kekacauan politik pada masa itu telah mendorong sebagian Umat Islam untuk melakukan pengasingan diri  dan beribadah,karena takut tenggelam dalam kekacauan politik tersebut.jika mengetahui bahwa masa dinasti Muawiyah (kecuali masa kepemimpinan Umar bin Abdul Azis )
Terdapat banyak sekali kesewenang wenangan serta intimidasi yang berlebihan terhadap pihak oposisi,secara otomatis akan memperkuat Mainsterm kezuhudan dan pengasingan diri bagi sebagian orang.salah satu dari kezaliman bani umayah pembunuhan terhadap Husien di karbala.tentunya pembunuhan tersebut sangat  mempengaruhi kehidupan umat islam waktu itu, dan kezaliman Bani Umayah semakin bertambah dari hari kehari “sekolompok orang dari Kuffah,yang juga merupakan salah satu pusat ahli Zuhud pada Masa  pertama islam,Merasakan penyesalan yang luar biasa atas ikut andil mereka dalam pembunuhan terhadap Husien,setelah mengetahui berada dalam pihak yang  benar.akhirnya mereka menamakan dirinya sebagai kelompok bertaubat,dan menebus kesalahanya itu dengan cara beribadah,mereka keluar dari masyarakat yang penuh dengan kebusukan,setelah mengetahui pada masa khulafaurrasyidin telah berakhir,dan digantikan dengn Babi Umayyah yang haus darah,harta benda, dan senantiasa berbuat lalim terhadap umat islam[15]pemimpin gerakan orang-orang yang betaubat adalah Mukhtar bin Ubaid al- Tsaqafi. Ia berhasil mengalahkan pengikut dinasti Muawiyah dalam beberapa pertempuran,namun akhirnya terbunuh pada tahun 68 H,di Kuffah[16]jika mukthar merupakan symbol dan gerakan revolusi yang teraktif melawan kesewenang- wenangan.Bani Umayyah maka banyak sekali umat islam yang tidak mampu membela kebenaran dan menghadapi kediktatoran para penguasa.tak ada lagi dihadapn mereka selain menarik diri dan kehidupan masyarakat,dan menghabiskan waktunya untuk beribadah melakukan Kezuhudan.
            Memang benar,gerakan perlawanan dengan cara yang tak reaktif,tidak di akui oleh islam.namun kondisi politicalah yang telang mengakibatkan mereka bertidka sedemikian.sehingga kebisuaan mereka bisa di anggap sebagai benutk ketidak sepakatan tehadap kesewenang- wewangan penguasa.secara pasti masa dinati umayah merupakan masa pertumpahan darah dan mencabik-cabiknya kehormatan makkah dan madinah yang pelakuknya tak lain dari kelompok bani umayah sendiri,seperti  Ubaidillah bin Ziyad dan Hijaj al –Tsaqifi mereka berinteraksi dengan umat manusia secara kasar,sehingga banyak sekali menghilangkan nyawa orang-orang yang tidak bersalah.manusia hidup dalam ketertekanan sehingga mereka melakukan kwzuhudan terhadap dunia.dunia dalam pandangan mereka saat itu,sudah tidak bernilai lagi.di samping itu,kondisi sisial umay islam pada masa dinasti Umayahtidak serupa dengan kondisi mereka pada Nabi SAW.,dan Khulfaurrasyidin.umat islam waktu itu telah mampu menaklukan banyak sekali Negara, dan mendapatkan harta yang berlimpah.muncullah para  konglomerat dengan masyarakat islam yang dosertai dengan hedonisme kehiduan yang akhirnya mengakibatkan pengabdian terhadap norma-norma ehingga mereka yang tetap bersikukuh dengan ketakwaan, berkewajiban untuk menyerukan kembali pola hidup para penadahulu yang penuh dengan kesedrahanaan kezuhudan, dan tiadak tenggelm dalam belenggu hawa nafsu.
Salah satu dari  mereka adalah sakah seorang sahabat yang bernama Abu zar Al- Ghafiri yang dengan gigih mengkritisi pola hidup dinasti Umayaah yang hedinis,dan pola pemerintahan secara sosialis.salah satu dari ahli takwa yang sepakat dengan dinasti Umayah lainnya adalah Said bin Musayyab yang meninggal tahun 90 H.dan dia termasuk dari kalangan orang-orang yang betaubat ( taibin).maka kurun waktu petama hijriyah telah menjadi saksi akan kemunculan gerakan kezuhudan dalam islam,dan pemyenaran sebagai hasil dari kekacaaun politik dan perubahan kondisi sosial masyarakat islam. Nicholson menggambarkan hal  tersebut dengan sangat dlam pernyataan sebagai berikut.
 “Pada kurun waktu hijriyah,banyak sekali faktor yanh telah mendorong kemunculan zuhud dan perkembangan.perang saudara secara terus menerus  pada  masa sahabat dan bani Umayyah,radikalisme dan kekerasan dalam partai-partai politik,bertambannya kesenagan dan merosotnya nilai-nilai etika,penderitaan umat islam atas kelaliman dan kediktatoran  penguasa yang memaksakan kehendaknya terhadap orang- orang yang menjalani keislamana denga tulus penolakan para penguasa terhadap  setiap pemikiran yang mengusung konsep Khifah islamiyah    (Theocrasy  yang akan didirikan oleh umat islam,kesemuanya itu merupakan faktor yang telah mengerakan hati umat islam untuk melakukan kezuhudan terhadap dunia dan kesenangan-kesenangannya, memalingkan pandanganya menuju akhirat,dan menaruh harapan terhadapnya,dari sini maka muncuk gerakan kezuhudan yang semakin bertambah dari hari kehari.pada awalnya kezuhudan hanya berupa kezuhudan agama murni,namun akhirnya sisusupi dengan unsure- unsur tawawuf,sehingga menjadi sebuah bentuk sebagaimana yang kita ketahui dalam tasawuf islam.gerkan tersebut senantiasa berada dalam paying ahli  sunah selama masa pemerintahan Bani Umayah
 orang-orang yang  bertakwa pada diri umat islam,bahkan juga para ahli (qura’) ahli hadis,dan para ulama,merekalah yang telah mengokohkannya kezuhudan tersebut dalam islam.

           
         

         
         




























                                          Kesimpulan

          Tasawuf atau Sufiesme adalah satu cabang keilmuaan dalam islam atau secara keilmuaan ia adalah hasil kebudayaan islam yang lahir kemudian setelah Rasulullah wafat,ketika beliau masih hidup belum ada masalah ini yang hanya sebutan sahabat,bagi orang islam yang hidup pada masa Nabi dan sesudah generasi islam di sebut  Tabi’in.menurut Hakim Hassan dalam  al- Tashawwuf fi Sya’ri al- Arab istilah tasawuf baru terdengar pada abad pertengahan kedua hijriyah dan menurut Nicholson dalam bukuny al-Tasshawuf al- Islami wa Tarikhihi,pertengahan abad III Hijriyah.
            Semenjak wafatnya Khalifah Utsman bin Affan,dari sinilan berwal kekacaaun dalam dunia kehidupan politik sosial masyarakat islam,umat islam terpecah kedalam beberapa sekte yang saling tuduh dan merasa  paling benar sendiri hingga,tak segan segan menumapahkan darah sesama kaum muslimin,dan sebagian kaum muslim ada yang tenggelam dalam kemewahan dunia dan hidup berfoya-foya, ajaran zuhud  adalah merupakan reaksi sebagian kaum muslimin yang tidak mau ikut campur dalam terhadap pertikaian yang terjadi antara sesama kaum muslimin pada saat itudan memilh hidup menyendiri dan memperbanayak ibadah dan tenggelam dalam khazanah ke ilmuan dalam amal,kemudia mereka yang hidup di emperan mesjid  yang lebih dikenal dengan sebutan Ahlul Suffah,ini merupakan kritik sosial terhadap para penguasa yang hidup lalim dan sewenang wenang serta suka menindas terhadap golongan yang lemah untuk mempertahankan kekuasaan dan pemerintahanya. 








DAFTAR  PUSTAKA

Simuh,Tasawuf dan Perkembanganya dalam Islam, Jakarta.Rajawali Press 
                                     
Rivay Siregar,Tasawuf  Dari Sufisme Klasik Ke-Neo Sufisme,Jakata Rajawali Press 
R.A.Nicholason,The Mystic of  Islam,Kegan Paul Ltd,London,1966; 

Fazlur Rahman,Islam, terjemah.Ahsin Muhammad,Bandung ,1984
Abd al-Halim Hassan,al-Thashawwuf   Fii Syi’r  al-Arabi,Kairo.Maktabah al-anjalu al-misriyah,1954.
 Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik dalam Islam,Terj,sapardi Djoko Damono, Jakarta, Pustaka Firdaus,1986.
  Kamil Mushtafa,  Syiby al- Shillah Bain al- Tashawu Wa al- Tasyayu,Beirut;Dar al-Andalus,1982. 
 Abd al-Rahman Badawi,Tarikh al Tashawuf al-Islamiyah min al- Bidayah Hatta Nihayah al-Qur’an al- Tsani, Kuwait, Wakallah al- Mathbu’at .

  Nabkhati,Firq  Syiah   .Bandingkan pula dalam Ibnu Hazam,Fisl,Jilid 4

 Abu Wafa’ al-Ghanimi al- Taftazani,Tasawuf Islam ,telaah Historis dan perkembangannya.:Jakarta  Gaya Media Pratama.
 Qasim Ghonni, Tarikh Tasawuf  Islam,:Kairo 1972. .
  Abdul Munim, Tarik Syiyasi li Daulah Arabiyah ,Maktabah Ang


[1] Simuh,Tasawuf dan Perkembanganya dalam Islam, Jakarta.Rajawali Press, h.17-25.
[2] Rivay Siregar,Tasawuf  Dari Sufisme Klasik Ke-Neo Sufisme,Jakata Rajawali Press.h 38.
[3] R.A.Nicholason,The Mystic of  Islam,Kegan Paul Ltd,London,1966;3 h. 4.
[4] Fazlur Rahman,Islam, terjemah.Ahsin Muhammad,Bandung ,1984.h.186.
[5] Abd al-Halim Hassan,al-Thashawwuf   Fii Syi’r  al-Arabi,Kairo.Maktabah al-anjalu al-misriyah,1954.h.35.
[6] Ibid,h.36
[7] Annemarie Schimmel, Dimensi Mistik dalam Islam,Terj,sapardi Djoko Damono, Jakarta, Pustaka Firdaus,1986,h.28
[8] Kamil Mushtafa,  Syiby al- Shillah Bain al- Tashawu Wa al- Tasyayu,Beirut;Dar al-Andalus,1982,hal 262. 

[9] Ibid,h. 34.
[10]  Abd al-Rahman Badawi,Tarikh al Tashawuf al-Islamiyah min al- Bidayah Hatta Nihayah al-Qur’an al- Tsani, Kuwait, Wakallah al- Mathbu’at,h.127.
[11]  Annemarie Schimmel,op cit,h.29
[12] Nicholson,lit History of Arab,h 190.
[13] Nabkhati,Firq  Syiah  h..4 .Bandingkan pula dalam Ibnu Hazam,Fisl,Jilid 4,h 153

[14] Abu Wafa’ al-Ghanimi al- Taftazani,Tasawuf Islam ,telaah Historis dan perkembangannya.:Jakarta  Gaya Media Pratama.h.81
[15] Qasim Ghonni, Tarikh Tasawuf  Islam,:Kairo 1972.h.37.
[16] Lihat penjelasan tentang pertempuran tersebut dalam tulisan Abdul Munim, Tarik Syiyasi li Daulah Arabiyah ,Maktabah Anglo Misriyah,cet ke2,h,15 .

ISRA MI'RAJ DALAM PANDANGAN ILMUAN



http://bambies.files.wordpress.com/2008/11/galaxies1.jpg?w=150&h=128
Sejarah Islam mencatat peristiwa unik dan sulit dicerna akal, Isra dan Miraj. Secara istilah, Isra berjalan di waktu malam hari, sedangkan Miraj adalah alat (tangga) untuk naik. Isra mempunyai pengertian perjalanan Nabi Muhammad saw pada waktu malam hari dari Masjid Al Haram Mekkah ke Masjid Al Aqsha Palestina. Miraj adalah kelanjutan perjalanan Nabi Muhammad saw dari Masjid Al Aqsha ke langit sampai di Sidratul Muntaha dan langit tertinggi tenpat Nabi Muhammad saw bertemu dengan Allah swt. Isra’ Miraj adalah kisah perjalanan Nabi Muhammad ke langit ke tujuh dalam waktu semalam. Prosesi sejarah perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad termaktub dalam QS. 17.Al-Isra’ :1 yang berbunyi
“Maha suci Allah yang menjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Majidil Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya agar Kami memperlihatkan kepadanya sebahagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. (QS. 17.Al-Isra’ :1)
Dan tentang mi’raj Allah menjelaskan dalam QS. An-Najm:13-18:
“Dan sesungguhnya dia (Nabi Muhammad SAW) telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, di Sidratul Muntaha. Di dekat (Sidratul Muntaha) ada syurga tempat tinggal. (Dia melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh suatu selubung. Penglihatannya tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm:13-18)
Rasulullah SAW melihat secara langsung.
Allah ingin memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya kepada Rasulullah SAW. Pada Al Qur’an surat An Najm ayat 13 diatas, terdapat kata “Yaro” dalam bahasa Arab yang artinya “menyaksikan langsung”. Berbeda dengan kata “Syahida”, yang berarti menyaksikan tapi tidak musti secara langsung. Allah memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya itu secara langsung.
Mengenai pemahaman tentang Isra’ Mi’raj banyak kaum muslim yang masih memiliki perbedaan pandangan secara mendasar, yang terbagi dalam:
  • Pemahaman dgn beranggapan peristiwa isra’ Mi’raj hanyalah sekedar perjalanan ruh, spiritual atau metaphor journey Nabi Muhammad SAW tidak dengan jasad fisik. Pemahaman ini berpegang kepada surah Al Quran :
QS. 17 Al-Isra’ : 60 “…Tidak lain mimpi yang Kami perlihatkan kepadamu adalah sebagai ujian bagi manusia…”
  • Sebaliknya ada yang berpendapat, bahwa isra’ dari Mekah ke Bait’l-Maqdis itu dengan jasad atau physical journey. Sedang mi’raj ke langit adalah dengan ruh atau metaphor journey.
  • Pemahaman lain menyatakan bahwa Isra’ Mi’raj adalah perjalanan dengan jasad (fisik) dan dapat dijelaskan dalam ilmu yang dipahami manusia karena merupakan peristiwa nyata.
Pemahaman secara fisik (physical journey).
ISRA`MI`RAJ, sebagai sebuah peristiwa metafisika (gaib), barangkali bukan sesuatu yang istimewa. Kebenarannya bukanlah sesuatu yang luarbiasa. Kebenaran metafisika adalah kebenaran naqliyah (: dogmatis) yang tidak harus dibuktikan secara akal, namun lebih bersifat imani. Valid tidaknya kebenaran peristiwa metafisika—secara akal, bukanlah soal selagi ia diimani.
Didalam pemahan secara fisika banyak orang mempertanyakan ke-shahih-an Isra` Mi`raj;  “ apakah mungkin manusia melakukan perjalanan sejauh itu hanya dalam waktu kurang dari semalam?” . Kaum kafirpun telah menantang Rasulullah seperti  diberitakan dalam Al Quran dalam surat  Al-Israa: 93.
“Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca”. Katakanlah: “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?”
Dan  didalam Hadith
“Ketika orang-orang Quraisy tak mempercayai saya (kata Nabi SAW), saya berdiri di Hijr (menjawab berbagai pertanyaan mereka). Lalu Allah menampakkan kepada saya Baitul Maqdis, saya dapatkan apa yang saya inginkan dan saya jelaskan kepada mereka tanda-tandanya, saya memperhatikannya….” (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya).
Hubungan  antara peristiwa perjalanan Isra’ Mi’raj dengan  teori relativitas.
Diantara keduanya terdapat faktor persamaan dan perbedaan didalam proses kejadian,
persamaan kedua kisah antara lain:
•    Keduanya  membahas  perihal  perjalanan atau journey dari Bumi ke luar angkasa lalu kembali ke Bumi.
•    Keduanya  membahas  penggunaan  faktor “Speed” atau “kecepatan”  tinggi  didalam  pemberitaannya
•    Konsep mengenai perpisahan antara  dua manusia (atau lebih) digunakan sebagai bahan pokok  atau object pembahasan didalam kedua cerita.
Dalam Isra Miraj, Rasulullah meninggalkan kaumnya di bumi untuk bepergian ke ke Majidil Aqsha  lalu ke Langit ketujuh, dalam kasus teori relativitas menceritakan tentang dua saudara kembar A dan B, dimana saudara kembar B bepergian keluar angkasa.
Sampai disini dari hal hal tersebut diatas, kita  sudah dapat mengambil kesimpulan secara gamblang,  bahwa peristiwa Isra Miraj adalah benar. Bagaimana mungkin seorang  manusia  yang ummi  14 Abad yang silam dapat membuat sebuah cerita atau teori yang dapat dibuktikan didalam abad ke 20 dengan sedemikian detailnya. Dengan kata lain tidak mungkin Rasulullah  SAW mencontoh teori Albert Einstein yang lahir sesudahnya (?).
Teori Relativitas.
Theori Relativitas membahas mengenai Struktur Ruang dan Waktu serta mengenai hal hal yang berhubungan dengan Gravitasi. Theori relativtas terdiri dari dua teori fisika, relativitas umum dan relativitas khusus. Theori relativitas khusus menggambarkan perilaku ruang dan waktu dari perspektif pengamat yang bergerak relatif terhadap satu sama lain, dan fenomena terkait. Sala artikel ini hanya dibahas theori relativitas khusus dan Efek yg  disebut dilatasi waktu (dari bahasa Latin: dilatare “tersebar”, “delay”).
Einstein merumuskan teorinya dalam sebuah persamaan mathematik:
http://bambies.files.wordpress.com/2008/11/relativitas.gif?w=600t’ = waktu benda yang bergerak
t = waktu benda yang diam
v = kecepatan benda
c = kecepatan cahaya
Diterangkan bahwa perbandingan nilai kecepatan suatu benda dengan kecepatan cahaya, akan berpengaruh pada keadaan benda tersebut. Semakin dekat nilai kecepatan suatu benda (v) dengan kecepatan cahaya (c), semakin besar pula efek yang dialaminya (t`): perlambatan waktu. Hingga ketika kecepatan benda menyamai kecepatan cahaya (v=c), benda itu pun sampai pada satu keadaan nol. Demikian, namun jika kecepatan benda dapat melampaui kecepatan cahaya (v>c), keadaan pun berubah. Efek yang dialami bukan lagi perlambatan waktu, namun sebaliknya waktu menjadi mundur (-t’).
Kisah perjalanan Si Kembar atau  dilatasi waktu.
Twin Paradox adalah suatu theori hasil pemikiran (Gedankenexperiment atau thought experiment) oleh Albert Einstein berbasis theori relativitas khusus yang sampai saat ini masih menjadi perdebatan para pakar fisika. Theori tersebut secara keseluruhan menggambarkan kisah perjalanan dua saudara kembar yang berpisah. Salah seorang dari saudara kembar (A) tersebut tinggal di Bumi dan saudara kembar lainnya (si traveler(B)) terbang keluar angkasa kesebuah planet di tata surya yang jauh dengan kecepatan cahaya dan kembali kebumi dengan kecepatan yang sama. Setelah mereka bertemu kembali dibumi mereka menemukan fakta bahwa umur si kembar yang mengadakan perjalanan (si traveler) lebih muda daripada umur saudaranya (A) yang tetap tinggal dibumi, disebabkan si traveler mengalami phenomenon time dilation atau fenomena dilatasi waktu dalam perjalanannya.
Time dilation (dilatasi waktu) adalah fenomena, dimana seorang Observer disatu titik melihat, bahwa jam dari orang yang bergerak dengan cepat menjadi lebih lambat (atau cepat), sebenarnya hal tersebut tergantung dari frame of reference dimana dia berada. Time dilation dapat di ketahui hanya apabila kecepatan mengarah kepada kecepatan cahaya dan sudah dibuktin secara akurat dengan unstable subatomic particle dan precise timing of atomic clocks.
Pembuktian teori relativitas.
Studi tentang sinar kosmis merupakan satu pembuktian teori ini. Didapati bahwa di antara partikel-partikel yang dihasilkan dari persingungan partikel-partikel sinar kosmis yang utama dengan inti-inti atom Nitrogen dan Oksigen di lapisan Atmosfer atas, jauh ribuan meter di atas permukaan bumi, yaitu partikel Mu Meson (Muon), itu dapat mencapai permukaan bumi. Padahal partikel Muon ini mempunyai paruh waktu (half-life) sebesar dua mikro detik yang artinya dalam dua perjuta detik, setengah dari massa Muon tersebut akan meleleh menjadi elektron. Dan dalam jangka waktu dua perjuta detik, satu partikel yang bergerak dengan kecepatan cahaya (± 300.000 km/dt) sekalipun paling-paling hanya dapat mencapai jarak 600 m. padahal jarak ketinggian Atmosfer di mana Muon terbentuk, dari permukaan bumi, adalah 20.000 m yang mana dengan kecepatan cahaya hanya dapat dicapai dalam jangka minimal 66 mikro-detik. Lalu, bagaimana Muon dapat melewati kemustahilan itu? Ternyata, selama bergerak dengan kecepatannya yang tinggi—mendekati kecepatan cahaya, partikel Muon mengalami efek sebagaimana diterangkan teori Relativitas, yaitu perlambatan waktu.
Pembuktian selanjutnya terjadi pada tahun 1971,  perbedaan waktu (time dilation) di twin paradox theori tersebut telah dibuktikan melalui “Hafele-Keating-Experiment” dengan menggunakan 2 buah jam yang berketepatan tinggi (High precision Cesium Atom clocks) yang di set awal pada waktu yang sama.
Experiment tersebut menghasilkan perbedaan waktu pada kedua jam tersebut, antara jam yang diletakkan di pesawat Intercontinental yang bergerak terbang kearah timur / barat dengan jam referensi yang diletakkan di U.S. Naval Observatory di Washington, waktu jam di pesawat berkurang/bertambah tergantung dari arah penerbangan.
Twin paradox experiment
Relativ terhadap jam di Naval Observatory, jam dipesawat berkurang waktu 59+/-10 nanoseconds dalam penerbangan ketimur, dan mengalami pertambahan waktu 273+/-7 nanosecond pada penerbangan ke barat. Hasil empiris tersebut membuktikan theori twin paradox dalam tingkatan jam macroskopik.
Dengan adanya pembuktian pembukatian tersebut, berarti  Albert Einstein dengan teori relativitasnya secara langsung atau tidak langsung telah membuktikan bahwa kisah Al Quran tentang kisah  “perjalanan  Rasulullah SAW kelangit ketujuh dan kembali dalam satu malam” adalah benar.   Terutama dalam segi dimensi WAKTU,  dalam perhitungannya memungkinkan.
Pertanyaan selanjutnya bagaimana dengan Nabi Isa AS, ummat Islam mempercayai bahwa Nabi Isa, yang diakui sebagai Yesus oleh penganut Kristen, memang tidak dibunuh oleh orang-orang yang mengejarnya ketika itu. Bahkan beliau belum wafat. Nabi Isa akan kembali diakhir jaman, Apakah Nabi Isa juga mengalami perjalanan dan dilatasi waktu serupa? Wallahu ‘alam bish shawwab.
Applikasi Teori Relativitas.
Salah satu aplikasi teori tersebut adalah alat GPS – Global Postioning System di Handphone anda merupakan applikasi hasil dari  theory relativitas umum dan relativitas khusus. Dalam hal ini jam satellite di orbit di bandingkan dengan jam di darat sebagai faktor koreksi pengiriman signal.
Akhirul kalam, saya menganggap bahwa pengetahuan akan adanya dilatasi waktu antar galaksi adalah suatu fenomena menarik bagi kaum muslimin. Fenomena inipun banyak terjadi pada peristiwa sehari-hari dan bahkan dipelajari oleh ilmuwan barat untuk mempelajari peristiwa di alam raya. Dan mestinya bukanlah sesuatu yang dilarang atau berlebihan untuk lebih memahami fenomena di alam. Untuk selanjutnya yang kita tunggu adalah adanya kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan untuk dapat mengungkapkan desain dari black hole dan wormhole yang gabungan keduanya mirip bentuk teratai (Sidrah atau Sidratul, dan bentuk otak pada tubuh manusia. Sehingga semua ini mudah-mudahan dapat meningkatkan ketakwaan kita dihadapan sang Pencipta.